BANJARMASIN - Kebutuhan masyarakat pada bulan Ramadan cenderung lebih besar dari bulan-bulan biasa. Otomatis, arus barang yang masuk juga akan melonjak. Oleh sebab itu, diperlukan kondisi yang kondusif untuk menjamin kecukupan stok barang selama satu bulan itu.
Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Kalimantan Selatan Djumadri Masrun mengungkapkan, kenaikan pasokan sembako maupun nonsembako untuk kebutuhan puasa dan lebaran biasanya terjadi pada H-7 dan H+7 puasa, serta H-7 lebaran.
“Aktivitas bongkar muat biasanya mengalami peningkatan rata-rata sekitar 20 persen dari jumlah bongkaran normal,” katanya.
Pihaknya pun sudah siap untuk melakukan antisipasi dengan meningkatkan percepatan bongkar muat. Selain itu, instansi terkait biasanya juga akan memberikan dispensasi volume angkutan kapal selama kondisi cuaca dan ketinggian gelombang masih dalam batas yang tidak membahayakan.
“Kalau kapalnya kurang, pemerintah akan men-drop kapal atau menambah trayek, misalnya melalui Pelni. Bisa juga dari perusahan pelayaran swasta,” tambahnya.
Sebelumnya, pihaknya sempat dibuat kelabakan dengan kondisi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang hampir-hampir melumpuhkan aktivitas bongkar muat di pelabuhan dimana banyak barang yang tak bisa terangkut karena distribusi terhambat.
“Tapi sekarang semua sudah teratasi setelah Pertamina memberi pasokan solar khusus untuk angkutan pelabuhan,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar