A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Senin, 04 Juli 2011

Jumlah Penduduk Miskin Kalsel Naik

Dipicu Kenaikan Harga-harga Barang

BANJARMASIN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Selatan mengklaim jumlah penduduk miskin di Kalsel pada periode Maret 2010- Maret 2011 mengalami kenaikan, terutama di daerah pedesaan. Selama jangka waktu itu, jumlah penduduk miskin Kalsel bertambah sebanyak 12.660 orang.
Adapun untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.
Dalam jumpa pers yang digelar di kantor BPS Kalsel kemarin, Kepala BPS Kalsel Bambang Pramono mengungkapkan, jumlah penduduk miskin Kalsel pada posisi Maret 2011 tercatat sebanyak 194.623 orang (5,29) persen. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, penduduk miskin di Kalsel tercatat sebanyak 181.963 orang (5,21 persen).
“Kenaikan terutama terjadi di pedesaan. Sebaliknya, jumlah penduduk miskin di perkotaan justru turun,” ujarnya.
Pada Maret 2010, jumlah penduduk miskin di perkotaan berjumlah 65.763 orang, dan pada Maret 2011 berkurang menjadi 59.479 orang. Sedangkan jumlah penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2010 berjumlah 116.200 orang, dan pada Maret 2011 naik menjadi 135.154 orang.
“Salah satu penyebab naiknya jumlah penduduk miskin adalah kenaikan harga barang-barang komoditi yang berhubungan dengan perhitungan kemiskinan,” jelasnya.
Banyak sedikitnya jumlah penduduk miskin, lanjutnya, sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan (GK). Penduduk miskin suatu wilayah adalah penduduk yang rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah GK di wilayah tersebut. Semakin tinggi GK, maka semakin banyak penduduk yang digolongkan sebagai penduduk miskin. Selama Maret 2010-Maret 2011, GK di Kalsel mengalami kenaikan sebesar 13,13 persen.
“Pada Maret 2011, GK di Kalsel adalah Rp 210.850 perkapita perbulan, sedangkan pada Maret 2011 naik menjadi Rp 238.535 perkapita perbulan,” bebernya.
Seiring dengan kenaikan jumlah penduduk miskin ini, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) selama periode Maret 2010-Maret 2011 juga ikut naik. Kedua item tersebut adalah indikator bagi kesenjangan kekayaan, pendapatan, dan pemilikan alat produksi antara kelompok penduduk kaya dan kelompok penduduk miskin.
Semakin tinggi angka yang ditunjukkan, maka semakin tinggi pula kesenjangan pendapatan kelompok kaya dan miskin, serta semakin parah dan dalam kemiskinan yang terjadi. Ada kelompok yang sangat kaya, namun ada kelompok yang sangat miskin dilihat dari distribusi pendapatan.
“Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,69 menjadi 0,81, sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,18 menjadi 0,20,” katanya.
Di daerah pedesaan, nilai kedua indeks tersebut terlihat sedikit lebih tinggi daripada di perkotaan.
Sementara itu, secara nasional jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan dari 31,02 juta orang (13,33) pada Maret 2010 menjadi 30,20 juta orang pada Maret 2011 atau berkurang sebanyak satu juta orang. Beberapa faktor yang memengaruhi penurunan ini antara lain inflasi umum yang relatif rendah, kenaikan rata-rata upah buruh bangunan, kenaikan produksi padi, perbaikan penghasilan petani, serta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Di sisi lain, garis kemiskinan di Indonesia selama periode Maret 2010-Maret 2011 naik sebesar 10,39 persen dari Rp 211.726 perkapita perbulan menjadi Rp 233.740 perkapita perbulan.

Jumlah Penduduk Miskin Kalsel
Tahun Jumlah Persentase (%)
Maret 2009 175.980 5,12
Maret 2010 181.960 5,21
Maret 2011 194.620 5,29
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Tidak ada komentar: