A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 05 Juli 2011

Pedagang Terpaksa Jual Modal

Harga Beras Lokal Makin Tertekan

BANJARMASIN – Beras lokal Banjar mulai mendapat saingan, yakni beras dari Jawa jenis Pamanukan. Kualitasnya yang cukup bagus ditambah harga yang jauh lebih murah, menjadi salah satu faktor yang menahan laju kenaikan harga beras lokal. Di Banjarmasin, beras Pamanukan dijual dengan harga rata-rata Rp 6 ribu perliter.
“Makanya laku sekali. Itu juga yang membuat beras Banjar tersaingi, sehingga harganya tidak bisa naik lagi. Sekadang ada beras luar yang bagus,” ujar Hj Nani, salah satu agen beras di Pasar Jati Jl Pangeran Antasari Banjarmasin.
Sebelumnya, beras lokal Banjar tidak punya saingan. Soalnya, beras yang berasal dari luar kebanyakan rasanya tidak pas dengan lidah orang di daerah ini.
Harga beras lokal Banjar sendiri memang terus melandai belakangan ini. Selain karena mulai muncul pesaing, penyebab lainnya adalah pasokannya yang membanjir.
Menurutnya, hal ini dikarenakan banyak petani yang menahan stok gabahnya pada tahun 2010 tadi karena mengira harga beras akan terus naik. Nyatanya, produksi padi di awal tahun 2011 ini meningkat sehingga harga beras yang sebelumnya melambung sangat tinggi bisa dikendalikan. Daripada terus merugi, mereka pun kemudian melepas gabahnya tersebut.
“Tahun kemarin kan harga beras naiknya sangat tinggi karena banyak petani yang menahan gabahnya. Dikira harganya akan naik terus. Ternyata sekarang banyak yang menggiling, harga beras pun jadi turun,” tuturnya.
Kondisi itu juga yang membuat harga beras usang tertekan, yang sebelumnya rata-rata Rp 10 ribu perliter sekarang turun menjadi Rp 7 ribu-Rp 7.500 perliter.
“Biasanya makin banyak beras hanyar datang, beras usang makin mahal. Sekarang malah lebih mahal beras hanyar daripada beras usang,” tambahnya.
Ditambahkannya, fluktuasi harga beras sepanjang tahun 2011 ini membuat pihaknya tak berani membeli beras dalam jumlah banyak karena khawatir harga jualnya terus turun.
“Saya banyak jual modal karena terlanjur menyetok banyak. Ditahan terus takut berubah rasa, terpaksa dijual,” ucapnya.
Meski demikian, ia meyakini harga beras lokal tidak akan jatuh terlalu rendah, terutama untuk beras kualitas nomor satu seperti Unus Mutiara. Dibeberapa pasar tradisional di Banjarmasin, harga rata-rata beras Unus Mutiara masih bertahan di Rp 12.500 perliter, sedangkan harga rata-rata beras Unus Siam turun dari Rp 10.625 perliter menjadi Rp 10 ribu perliter.
Sementara itu, kondisi sebaliknya dialami beras Jawa, dimana sejak sepekan terakhir harganya mengalami peningkatan rata-rata Rp 10 ribu-Rp 20 ribu untuk ukuran 25 kilogram. Konon, kenaikan harga ini dimaksudkan supaya beras tersebut tidak dijual ke luar.
“Makanya, saya tidak banyak mengambil beras Jawa, takut pembeli lari karena harga beras Banjar sedang murah. Biasanya kami mengambil banyak sampai satu ton, sekarang tidak berani,” tandasnya.

Tidak ada komentar: