BANJARMASIN – Orang-orang nampak berkerumun di atas Jembatan Pangeran Antasari pada Minggu (25/12) sore sekitar pukul 17.00. Beberapa pengendara yang kebetulan melintas dan merasa penasaran melihat pemandangan tersebut menghentikan kendaraan mereka untuk mengetahui apa yang terjadi.
Sempat ada yang mengira ada orang jatuh ke sungai dan tenggelam. Namun, setelah ditengok ke bawah jembatan yang membentang di atas aliran Sungai Martapura tersebut, ternyata ada beberapa orang dengan menggunakan perahu dan speedboat tengah bergotong royong membersihkan sampah kayu dan eceng gondok yang menumpuk di sekitar jembatan.
Anang, salah seorang petugas yang ikut melakukan pembersihan mengatakan bahwa tumpukan sampah kayu dan eceng gondok tersebut sudah terjadi sejak sekitar empat hari lalu. Namun, pembersihan baru bisa dilakukan kemarin sore. Akibatnya, selama empat hari itu, masyarakat yang biasanya menggunakan tranportasi sungai tak bisa lewat di kawasan tersebut, seperti taksi kelotok dan nelayan.
“Kami menunggu air pasang. Kalau air surut, arusnya arah ke laut, terlalu deras sehingga kami tidak kuat mendorongnya dan terhalang jembatan,” ujarnya.
Ia sendiri mengaku disuruh kontraktor yang tengah mengerjakan proyek penyiringan di Ujung Murung. Berbekal kayu dan bambu, tumpukan sampah kayu dan eceng gondok yang membentuk seperti pulau dipisah-pisah sehingga bisa mengalir.
Menurut Anang, sampah kayu dan eceng gondok itu kemungkinan merupakan kiriman dari daerah lain. Fenomena seperti ini biasanya terjadi sekali dalam setahun, terutama ketika musim hujan dan permukaan air sungai naik.
“Kemungkinan memang pengaruh air naik, jadi sampah dari atas seperti Kabupaten Banjar turun ke sini,” tuturnya.
Setelah dibersihkan, tumpukan sampah kayu dan eceng gondok tersebut memang akhirnya menghilang karena larut terbawa arus sungai. Namun, dari pantauan Radar Banjarmasin, penumpukan justru berpindah ke beberapa titik lain, seperti sekitar Jembatan Dewi dan Jembatan Merdeka.
Sempat ada yang mengira ada orang jatuh ke sungai dan tenggelam. Namun, setelah ditengok ke bawah jembatan yang membentang di atas aliran Sungai Martapura tersebut, ternyata ada beberapa orang dengan menggunakan perahu dan speedboat tengah bergotong royong membersihkan sampah kayu dan eceng gondok yang menumpuk di sekitar jembatan.
Anang, salah seorang petugas yang ikut melakukan pembersihan mengatakan bahwa tumpukan sampah kayu dan eceng gondok tersebut sudah terjadi sejak sekitar empat hari lalu. Namun, pembersihan baru bisa dilakukan kemarin sore. Akibatnya, selama empat hari itu, masyarakat yang biasanya menggunakan tranportasi sungai tak bisa lewat di kawasan tersebut, seperti taksi kelotok dan nelayan.
“Kami menunggu air pasang. Kalau air surut, arusnya arah ke laut, terlalu deras sehingga kami tidak kuat mendorongnya dan terhalang jembatan,” ujarnya.
Ia sendiri mengaku disuruh kontraktor yang tengah mengerjakan proyek penyiringan di Ujung Murung. Berbekal kayu dan bambu, tumpukan sampah kayu dan eceng gondok yang membentuk seperti pulau dipisah-pisah sehingga bisa mengalir.
Menurut Anang, sampah kayu dan eceng gondok itu kemungkinan merupakan kiriman dari daerah lain. Fenomena seperti ini biasanya terjadi sekali dalam setahun, terutama ketika musim hujan dan permukaan air sungai naik.
“Kemungkinan memang pengaruh air naik, jadi sampah dari atas seperti Kabupaten Banjar turun ke sini,” tuturnya.
Setelah dibersihkan, tumpukan sampah kayu dan eceng gondok tersebut memang akhirnya menghilang karena larut terbawa arus sungai. Namun, dari pantauan Radar Banjarmasin, penumpukan justru berpindah ke beberapa titik lain, seperti sekitar Jembatan Dewi dan Jembatan Merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar