A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Senin, 09 April 2012

Urban Farming Ala Banjarmasin Berkebun

Tanam Sayur di Atap Ruko

Tanah disekop ke dalam botol-botol bekas air mineral yang telah disulap menjadi pot. Lalu bibit cabai yang sudah dipilah ditabur. Di “lahan” seadanya di atap sebuah ruko di Jl Simpang Telawang Banjarmasin, pot-pot itu lantas disusun.

“Sulit sekali mencari lahan untuk tanam perdana ini,” curhat Meilisa Nurindah (24), penggagas komunitas Banjarmasin Berkebun sambil tangannya sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk kegiatan Minggu (8/4) sore itu.
Banjarmasin Berkebun adalah famili dari Indonesia Berkebun, yakni sebuah proyek untuk menciptakan lahan hijau di tengah kota. Gerakan ini dipelopori Ridwan Kamil, dosen ITB Bandung pada November 2010 silam lewat media sosial Twitter. Motivasinya karena banyak lahan di kota besar yang menganggur. Sekarang Indonesia Berkebun sudah tersebar di 20 kota lebih, salah satunya Banjarmasin.
“Sebenarnya saya nggak hobi berkebun dan nggak punya ilmunya. Tapi justru karena nggak tahu itu jadi tertarik, akhirnya dibentuklah Banjarmasin Berkebun sebagai tempat sharing,” tutur mahasiswi pascasarjana Fakultas Ekonomi Unlam itu.
Pada bulan Februari 2012, ia mulai mengampanyekan Banjarmasin Berkebun melalui Twitter. Tapi hanya satu orang yang menanggapi kicauannya.
“Kebetulan hobi dan keluarga saya punya usaha di bidang agrobisnis,” ujar Sarman (21), mahasiswa PGSD Unlam yang menyambut ide Meilisa itu dengan semangat.
Sarman lantas mengajak beberapa orang temannya yang berjiwa sama, hingga sekarang penggiat Banjarmasin Berkebun ada delapan orang. Kemarin, mereka pun melakukan tanam perdana. Meski diselingi hujan, tapi acara tetap berjalan.
Sebenarnya, kata Meilisa, akan lebih seru kalau berkebun di tanah lapang. Tapi apa boleh buat, rencana meminjam lahan di lingkungan kampus dan perumahan tidak beroleh izin. Akhirnya, tak ada lahan, di atap ruko miliknya pun jadi.
“Ini penyemaian dulu. Kalau sudah tumbuh, kita kumpul lagi untuk memindah ke pot yang lebih besar,” katanya.
Ditambahkan Sarman, pesan dari kegiatan ini adalah bahwa berkebun tidak hanya bisa dilakukan di pedesaan dengan lahan yang luas, tapi juga di tengah kota yang sesak dengan berbagai metode, seperti vertical garden atau tabulapot (tanam buah dalam pot).
Selain bisa menghilangkan stres karena melihat pemandangan yang hijau-hijau, hasil dari berkebun juga dapat dikonsumsi. Ke depan, komunitas Banjarmasin Berkebun berencana menggelar kegiatan lain, seperti bagi-bagi bibit dan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
“Semoga kegiatan kami ini diikuti oleh yang lain, sehingga lahan-lahan yang terbengkalai bisa dihijaukan,” ucapnya.

Tidak ada komentar: