Tanah disekop ke dalam botol-botol
bekas air mineral yang telah disulap menjadi pot. Lalu bibit cabai yang sudah
dipilah ditabur. Di “lahan” seadanya di atap sebuah ruko di Jl Simpang Telawang
Banjarmasin, pot-pot itu lantas disusun.
“Sulit
sekali mencari lahan untuk tanam perdana ini,” curhat Meilisa Nurindah (24),
penggagas komunitas Banjarmasin Berkebun sambil tangannya sibuk menyiapkan
segala sesuatu untuk kegiatan Minggu (8/4) sore itu.
Banjarmasin
Berkebun adalah famili dari Indonesia Berkebun, yakni sebuah proyek untuk menciptakan lahan hijau di tengah kota. Gerakan ini
dipelopori Ridwan Kamil, dosen ITB Bandung pada
November 2010 silam lewat media sosial Twitter. Motivasinya karena banyak lahan
di kota besar yang menganggur. Sekarang Indonesia Berkebun sudah tersebar di 20
kota lebih, salah satunya Banjarmasin.
“Sebenarnya
saya nggak hobi berkebun dan nggak punya ilmunya. Tapi justru karena nggak tahu
itu jadi tertarik, akhirnya dibentuklah Banjarmasin Berkebun sebagai tempat
sharing,” tutur mahasiswi pascasarjana Fakultas Ekonomi Unlam itu.
Pada bulan
Februari 2012, ia mulai mengampanyekan Banjarmasin Berkebun melalui Twitter.
Tapi hanya satu orang yang menanggapi kicauannya.
“Kebetulan
hobi dan keluarga saya punya usaha di bidang agrobisnis,” ujar Sarman (21), mahasiswa
PGSD Unlam yang menyambut ide Meilisa itu dengan semangat.
Sarman
lantas mengajak beberapa orang temannya yang berjiwa sama, hingga sekarang
penggiat Banjarmasin Berkebun ada delapan orang. Kemarin, mereka pun melakukan
tanam perdana. Meski diselingi hujan, tapi acara tetap berjalan.
Sebenarnya,
kata Meilisa, akan lebih seru kalau berkebun di tanah lapang. Tapi apa boleh
buat, rencana meminjam lahan di lingkungan kampus dan perumahan tidak beroleh
izin. Akhirnya, tak ada lahan, di atap ruko miliknya pun jadi.
“Ini
penyemaian dulu. Kalau sudah tumbuh, kita kumpul lagi untuk memindah ke pot
yang lebih besar,” katanya.
Ditambahkan
Sarman, pesan dari kegiatan ini adalah bahwa berkebun tidak hanya bisa
dilakukan di pedesaan dengan lahan yang luas, tapi juga di tengah kota yang
sesak dengan berbagai metode, seperti vertical garden atau tabulapot (tanam
buah dalam pot).
Selain bisa menghilangkan
stres karena melihat pemandangan yang hijau-hijau, hasil dari berkebun juga dapat
dikonsumsi. Ke depan, komunitas Banjarmasin Berkebun berencana menggelar
kegiatan lain, seperti bagi-bagi bibit dan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
“Semoga
kegiatan kami ini diikuti oleh yang lain, sehingga lahan-lahan yang
terbengkalai bisa dihijaukan,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar