A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Rabu, 15 Agustus 2012

Kedua Kali, Penumpukan Sampah Medis Ulin Ditegur


BANJARMASIN – Untuk kedua kali Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin menemukan penumpukan sampah medis RSUD Ulin dilakukan di ruang terbuka. Kepala BLHD Kota Banjarmasin Hamdi mengungkapkan, walau sampah dibungkus kantong plastik, tapi tetap bisa menimbulkan pencemaran lingkungan.
“Sudah dua kali kejadian ini ditemukan. Kalau hujan, air rembesan sampah akan masuk ke drainase, nanti perairan jadi terkontaminasi,” ucapnya.
Temuan kedua ini terjadi saat pihaknya meninjau alat pembakar sampah medis atau incinerator RSUD Ulin menyusul adanya keluhan warga terkait asap pembakaran beberapa waktu lalu. Menurutnya, perlu ada perbaikan sistem penampungan sampah medis sebelum dibakar.
“Langsung kami tegur saat itu. Kata petugas yang kami temui, kalau ditaruh di ruangan diganggu tikus. Padahal justru di tempat terbuka tikus lebih leluasa. Kalau tertutup rapat, justru lebih aman,” sambungnya.
Soal pembakaran sampah medis yang dikeluhkan warga, ia mengamini keterangan yang sebelumnya sudah dibeberkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Selatan yang menyebut bahwa asap hitam muncul karena sedang ada pemeliharaan rutin incinerator.
“Alasannya ada pemeliharaan. Tapi mestinya kalau dalam kondisi trouble jangan dipaksakan. Masukkan saja dulu di penampungan atau kalau penuh manfaatkan incinerator punya RS Ansari Saleh,” tukasnya.
Pihaknya juga sepakat agar manajemen RSUD Ulin melakukan peremajaan incinerator. Hal ini mengingat faktor usia dan ada beberapa komponen yang rusak, seperti tanki bahan bakar.
“Mulai sekarang harus dipikirkan untuk membeli lagi. Kalau ada trouble, betapa kesulitannya untuk membakar sampah karena alat satu-satunya. Kalau ditambah, yang lama bisa jadi cadangan. Dalam kondisi normal pun bisa dipakai bergiliran,” tuturnya.
Sementara itu, manajemen RSUD Ulin Banjarmasin melalui Kepala Instalasi Sanitasi Murjani yang dihubungi Minggu (12/8) mengatakan peremajaan incinerator masih dalam tahap usulan.
“Harganya lumayan mahal, sekitar Rp 300 juta-Rp 500 juta,” ujarnya.
Soal penumpukan sampah di tempat terbuka, pihaknya mengakui. Tapi menurutnya penumpukkan tetap berada di lokasi pembakaran sampah, tidak di area publik. Sebetulnya ada tempat penampungan sementara berupa bak tertutup ukuran 2x2x1,5 meter, hanya kalau penuh terpaksa ada sampah yang diletakkan di luar.
“Selain itu juga untuk memudahkan petugas karena frekuensi pembakaran cukup tinggi. Sedangkan operator terbatas. Tapi nanti dipikirkan lagi bagaimana mengatasinya, mungkin ukuran bak ditambah,” katanya.

Tidak ada komentar: