A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Kamis, 09 Mei 2013

Lima Bulan Honor Guru Tak Terbayar



Pencairan Dana BOS Madrasah Terlambat Lagi

BANJARMASIN – Sudah dua tahun terakhir pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari APBN untuk madrasah selalu terlambat. Tahun ini lebih parah, karena hingga kini belum ada kejelasan.
Sejumlah madrasah di Banjarmasin pun kelimpungan mencari talangan untuk menutupi kekurangan pendanaan. Salah satunya seperti diungkapkan Kepala MIN Teluk Dalam Abdul Karim Jailani, dimana pihaknya terpaksa meminjam uang dari koperasi sekolah.
“Tahun lalu cair bulan April. Yang tahun ini sampai Mei belum ada kabarnya,” tuturnya, Rabu (8/5).
Dana BOS APBN madrasah yang besarnya Rp 580 ribu persiswa pertahun untuk MI dan Rp 710 ribu persiswa pertahun untuk MTs berperan menopang sejumlah pembiayaan, misalnya honor guru tidak tetap atau guru honorer, pengadaan bahan habis pakai seperti alat tulis kantor, kegiatan ujian dan ulangan, dan lain-lain. Dalam sebulan, menurutnya belanja pegawai dan barang menelan rata-rata Rp 15 juta.
Untungnya, madrasah ini punya koperasi sekolah. Anggotanya guru, siswa, dan orangtua siswa. Selain menyediakan keperluan siswa, seperti alat tulis dan atribut seragam, juga melayani simpan pinjam. Sehingga meski dana BOS APBN terlambat cair, tapi operasional sekolah tetap dapat terpenuhi.
“Yang kasihan sekolah yang tidak punya koperasi atau sekolah swasta,” imbuhnya.
Hal ini diamini Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum Zuardi Atmadinata. Sejak bulan Januari, delapan orang guru honorer yang mengajar di sekolah yang berlokasi di Jl 9 Oktober Kelurahan Pekauman itu tak bergaji.
“Operasional kami terganggu karena semua pembiayaan untuk kegiatan sekolah 80 persen dari BOS, terutama untuk honor guru. Kemudian saat ini sekolah juga menghadapi Ujian Nasional dan ulangan kenaikan kelas,” katanya.
Ia mengatakan, pemerintah memang menuntut agar dana BOS jangan fokus ke honor guru, tapi untuk memenuhi delapan standar pendidikan nasional. Namun, menurutnya hal itu sulit diterapkan di sekolah swasta karena rata-rata 90 persen gurunya berstatus honor. Seperti disekolahnya, dari 10 orang guru, hanya dua orang yang PNS.
Dalam sebulan, biaya operasional mencapai sekitar Rp 6 juta. Sementara ini, pendanaan mengandalkan dari yayasan, kerja sama dengan sebuah lembaga amal swasta, serta iuran komite dengan besaran Rp 3 ribu-Rp 5 ribu. Tapi tidak cukup untuk membayar honor guru yang berkisar Rp 400 ribu-Rp 600 ribu perbulan. Pihaknya tambah pusing karena dana BOS daerah dari Pemerintah Kota Banjarmasin juga belum cair.
“Untuk honor guru belum sama sekali, yang penting operasional tetap jalan. Memang guru mengeluh, tapi sejak awal mereka sudah tahu konsekuensi mengajar di sekolah swasta,” imbuhnya.
Terpisah, Kasi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Mapenda) Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Banjarmasin Burhan Noor mengatakan, informasi yang diketahuinya DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran) untuk pembayaran dana BOS masih dibintangi atau diblokir.
“Dananya ada, tapi masih dibintangi. Itu kewenangan di pusat, kita tidak tahu masalahnya,” ujarnya.
Ditambahkan Kabid Mapenda Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan Noor Fahmi, bukan hanya DIPA dana BOS yang terblokir, tapi semua kecuali gaji pegawai. Keterlambatan pencairan dana BOS juga tidak hanya terjadi di daerah ini, tapi se-Indonesia.
“Tapi saya baru saja mendapat informasi bahwa DIPA BOS sudah dicabut bintangnya. Artinya, dalam waktu dekat bisa segera dicairkan. Memang ini menjadi masalah bagi sekolah-sekolah, tapi mau tidak mau mereka harus menalangi masing-masing dulu,” ucapnya. 

Madrasah Penerima BOS di Banjarmasin
Jumlah                 Siswa
MI Negeri            5                              1.299    
MI Swasta           57                            9.232    
MTs Negeri         4                              2.547
MTs Swasta        28                           4.303


Tidak ada komentar: