BANJARMASIN – Harga rata-rata sayur-mayur melonjak cukup signifikan dalam sepekan ini. Dari pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Banjarmasin di Pasar Lama dan Pasar Lima hari ini (8/6), kenaikan harga terutama terjadi pada wortel dari Rp 9.500 per kilogram menjadi Rp 12.500 per kilogram (31,58 persen), kol dari Rp 8.500 per kilogram menjadi Rp 12.500 per kilogram (35,29 persen), cabe merah dari Rp 35.500 per kilogram menjadi Rp 45.000 per kilogram (26,76 persen), cabe rawit lokal dari Rp 30.500 per kilogram menjadi Rp 35.500 per kilogram (16,39 persen), cabe rawit tiung dari Rp 20.500 per kilogram menjadi Rp 30.500 per kilogram (48,78 persen), bawang merah dari Rp 12.500 per kilogram menjadi Rp 17.000 per kilogram (36 persen), dan bawang putih dari Rp 16.500 per kilogram menjadi Rp 18.000 per kilogram (9,09 persen).
“Kalau kata pedagang kapal kiriman datangnya terlambat, otomatis stok menipis sedangkan permintaan stabil otomatis sehingga harga naik. Tapi secara umum stok cukup karena hanya masalah keterlambatan pengiriman saja, biasa permainan pedagang,” ujar Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Banjarmasin Dra Sri Wahyuning Nugroho yang ditemui di kantornya.
Ia sendiri tak tahu pasti penyebab keterlambatan datangnya kapal pemasok sayur-mayur yang berlayar dari Pulau Jawa apakah karena cuaca buruk atau hal lainnya.
“Tapi gelombang laut katanya tidak begitu tinggi, jadi saya kurang tahu juga apa penyebabnya,” imbuhnya.
Sedangkan harga rata-rata gula pasir hanya mengalami sedikit pergeseran dari Rp 8.100 per kilogram menjadi Rp 8.200 per kilogram. Begitu pula harga daging ayam ras naik tipis dari Rp 16.500 per kilogram menjadi Rp 17.500 per kilogram.
Namun, yang patut diwaspadai sebenarnya adalah harga beras. Meski hanya harga rata-rata beras unus (karang dukuh) yang terus merangkak naik, secara umum harga beras tetap tinggi dan tak kunjung turun sejak naik sekitar dua bulan lewat. Harga rata-rata beras unus sendiri pekan ini naik dari Rp 10.150 per kilogram menjadi Rp 10.525 per kilogram, sedangkan beras biasa (ganal) dan beras unggul (PB) bertahan di angka Rp 9.125 per kilogram dan Rp Rp 6.150 per kilogram.
“Tapi kenaikan harga beras kami rasa belum mempengaruhi perekonomian masyarakat karena masyarakat lapisan bawah makan beras apa saja, kalau unus kan yang konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas,” tandasnya.
Meski demikian, Sri mengungkapkan bahwa jika setelah bulan Juni harga beras tak juga turun, maka Bulog akan mengadakan operasi pasar untuk menormalkan harga.
“Menurut Bulog kalau harga beras mencapai Rp 5800 per kilogram selama tiga bulan berturut-turut, itu sudah harus operasi pasar. Tapi pantauan kita kan baru mulai bulan April, sekarang baru masuk bulan Juni jadi belum tiga bula,” katanya.
Disperindag sendiri, lanjutnya, hanya akan menggelar operasi pasar untuk gula pasir dan minyak goreng. Menurut ketentuan Menteri Perdagangan dan Perindustrian, operasi pasar diadakan jika harga gula pasir atau minyak goreng curah sudah di atas Rp 10 ribu. Selain itu, Disperindag juga memiliki program pasar murah.
“Tahap pertama bulan Maret lalu saat bulan Maulid, pelaksanaannya di 20 titik. Tahap kedua pada bulan Juli sebelum bulan puasa sampai awal Agustus dan rencananya di 30 titik, sedangkan tahap ketiga bulan Agustus saat menjelang hari raya,” bebernya.
Adapun barang-barang yang dijual antara lain gula pasir, tepung, minyak goreng, dan sejumlah bahan kebutuhan pokok lainnya.
“Untuk gula pasir 1.000 kilogram dan tepung 250 kilogram, subsidinya Rp 1.500 per kilogram. Sedangkan minyak goreng 1.000 liter dengan subsidi Rp 2.500 per liter. Barang-barang lain di luar itu dari distributor dan langsung dijual dengan harga distributor,” terangnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang di Pasar Lama, Ansyari yang dijumpai Radar Banjarmasin kemarin mengaku kenaikan harga beras beberapa bulan terakhir cukup mempengaruhi pendapatannya. Pasalnya, jika sebelumnya dalam sehari ia bisa mengambil beras 100 blek (1 blek = 20 liter, red), sekarang hanya 20 blek. Hanya beras Barabai yang harganya tetap stabil sehingga ia cukup tertolong.
“Beras sudah sekitar satu atau dua bulan lalu naik dan sampai sekarang belum turun-turun juga. Hanya beras Barabai yang menahan harga. Tapi 1,5 bulan lagi mungkin akan turun karena katanya mau panen,” ujarnya.
Harga beras Barabai sendiri dijualnya dengan harga Rp 4.200 per liter sampai Rp 4.500 per liter, beras siam Rp 7.000 per liter, Pandan Wangi (Banjar) Rp 5 ribu per liter, Panda Wangi (Jawa) Rp 6 ribu per liter, dan beras biasa (ganal) Rp 6 ribu per liter.
Tak hanya beras, sejumlah bahan kebutuhan pokok lainnya juga mengalami kenaikan harga, antara lain gula pasir yang sejak empat hari ini naik dari Rp 8 ribu per kilogram menjadi Rp 8.200 per kilogram, serta telur ayam ras yang sejak kemarin naik dari Rp 12 ribu per kilogram menjadi Rp 12.500 per kilogram.
“Kalau kata pedagang kapal kiriman datangnya terlambat, otomatis stok menipis sedangkan permintaan stabil otomatis sehingga harga naik. Tapi secara umum stok cukup karena hanya masalah keterlambatan pengiriman saja, biasa permainan pedagang,” ujar Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Banjarmasin Dra Sri Wahyuning Nugroho yang ditemui di kantornya.
Ia sendiri tak tahu pasti penyebab keterlambatan datangnya kapal pemasok sayur-mayur yang berlayar dari Pulau Jawa apakah karena cuaca buruk atau hal lainnya.
“Tapi gelombang laut katanya tidak begitu tinggi, jadi saya kurang tahu juga apa penyebabnya,” imbuhnya.
Sedangkan harga rata-rata gula pasir hanya mengalami sedikit pergeseran dari Rp 8.100 per kilogram menjadi Rp 8.200 per kilogram. Begitu pula harga daging ayam ras naik tipis dari Rp 16.500 per kilogram menjadi Rp 17.500 per kilogram.
Namun, yang patut diwaspadai sebenarnya adalah harga beras. Meski hanya harga rata-rata beras unus (karang dukuh) yang terus merangkak naik, secara umum harga beras tetap tinggi dan tak kunjung turun sejak naik sekitar dua bulan lewat. Harga rata-rata beras unus sendiri pekan ini naik dari Rp 10.150 per kilogram menjadi Rp 10.525 per kilogram, sedangkan beras biasa (ganal) dan beras unggul (PB) bertahan di angka Rp 9.125 per kilogram dan Rp Rp 6.150 per kilogram.
“Tapi kenaikan harga beras kami rasa belum mempengaruhi perekonomian masyarakat karena masyarakat lapisan bawah makan beras apa saja, kalau unus kan yang konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas,” tandasnya.
Meski demikian, Sri mengungkapkan bahwa jika setelah bulan Juni harga beras tak juga turun, maka Bulog akan mengadakan operasi pasar untuk menormalkan harga.
“Menurut Bulog kalau harga beras mencapai Rp 5800 per kilogram selama tiga bulan berturut-turut, itu sudah harus operasi pasar. Tapi pantauan kita kan baru mulai bulan April, sekarang baru masuk bulan Juni jadi belum tiga bula,” katanya.
Disperindag sendiri, lanjutnya, hanya akan menggelar operasi pasar untuk gula pasir dan minyak goreng. Menurut ketentuan Menteri Perdagangan dan Perindustrian, operasi pasar diadakan jika harga gula pasir atau minyak goreng curah sudah di atas Rp 10 ribu. Selain itu, Disperindag juga memiliki program pasar murah.
“Tahap pertama bulan Maret lalu saat bulan Maulid, pelaksanaannya di 20 titik. Tahap kedua pada bulan Juli sebelum bulan puasa sampai awal Agustus dan rencananya di 30 titik, sedangkan tahap ketiga bulan Agustus saat menjelang hari raya,” bebernya.
Adapun barang-barang yang dijual antara lain gula pasir, tepung, minyak goreng, dan sejumlah bahan kebutuhan pokok lainnya.
“Untuk gula pasir 1.000 kilogram dan tepung 250 kilogram, subsidinya Rp 1.500 per kilogram. Sedangkan minyak goreng 1.000 liter dengan subsidi Rp 2.500 per liter. Barang-barang lain di luar itu dari distributor dan langsung dijual dengan harga distributor,” terangnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang di Pasar Lama, Ansyari yang dijumpai Radar Banjarmasin kemarin mengaku kenaikan harga beras beberapa bulan terakhir cukup mempengaruhi pendapatannya. Pasalnya, jika sebelumnya dalam sehari ia bisa mengambil beras 100 blek (1 blek = 20 liter, red), sekarang hanya 20 blek. Hanya beras Barabai yang harganya tetap stabil sehingga ia cukup tertolong.
“Beras sudah sekitar satu atau dua bulan lalu naik dan sampai sekarang belum turun-turun juga. Hanya beras Barabai yang menahan harga. Tapi 1,5 bulan lagi mungkin akan turun karena katanya mau panen,” ujarnya.
Harga beras Barabai sendiri dijualnya dengan harga Rp 4.200 per liter sampai Rp 4.500 per liter, beras siam Rp 7.000 per liter, Pandan Wangi (Banjar) Rp 5 ribu per liter, Panda Wangi (Jawa) Rp 6 ribu per liter, dan beras biasa (ganal) Rp 6 ribu per liter.
Tak hanya beras, sejumlah bahan kebutuhan pokok lainnya juga mengalami kenaikan harga, antara lain gula pasir yang sejak empat hari ini naik dari Rp 8 ribu per kilogram menjadi Rp 8.200 per kilogram, serta telur ayam ras yang sejak kemarin naik dari Rp 12 ribu per kilogram menjadi Rp 12.500 per kilogram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar