Untuk Meningkatkan Kualitas Air
BANJARMASIN – Masyarakat yang tinggal di tepi sungai harus waspada. Pasalnya, meski sungai-sungai yang mengalir itu menyediakan sumber air yang melimpah, tapi kualitasnya ternyata sangat jauh dari standar air yang baik untuk dikonsumsi.
Kerusakan lingkungan telah berdampak serius terhadap segala aspek kehidupan. Salah satu yang harus mendapat perhatian adalah pencemaran sungai yang perlahan tapi pasti membuat ancaman krisis air bersih kian nyata.
“Kalau sekarang masyarakat yang tinggal di pinggir sungai sulit mau pakai airnya untuk minum. Makanya, kita sarankan pakai air PDAM,” ujar Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Ir Muslih.
Dijelaskannya, kualitas air baku yang digunakan untuk menyediakan pasokan air bersih bagi masyarakat Banjarmasin saat ini masih tergolong baik. Hanya saja, statusnya berada di kelas tiga. Padahal, air baku yang baik untuk air minum adalah yang posisinya di kelas satu, seperti air irigasi. Tingkat kekeruhannya yang rendah membuat proses pengolahannya menjadi lebih gampang dan secara otomatis akan menekan biaya produksi menjadi lebih ringan.
“Yang berbahaya kalau kelas air baku kita yang sekarang bergeser ke kelas empat, itu berarti ada kandungan zat-zat yang berbahaya,” katanya memperingatkan.
Ia menuturkan bahwa ada banyak hal yang saling terkait dalam masalah pencemaran sungai di daerah ini, seperti perilaku masyarakat yang suka membuang sampah ke sungai maupun kerusakan lingkungan yang lebih luas.
“Kalau air baku yang kelas tiga ini masih bisa kita olah. Tapi kalau mau mengubah air baku yang di sungai menjadi kelas satu, dukungannya adalah dukungan lingkungan. Namun, kualitas air baku ini sejatinya bukan tanggung jawab PDAM sebagai operator, tapi pemerintah,” ucapnya.
Ditambahkannya, air baku dengan kualitas rendah memang masih layak untuk dikonsumsi. Akan tetapi, untuk mengolahnya bakal menyedot biaya yang lebih besar, khususnya untuk penyediaan bahan kimia untuk menjernihkannya.
“Kalau kelas satu kan cukup pakai tawas. Nah, kalau kelas tiga harus pakai PAC (Poly Aluminium Chloride, red) yang harganya lebih mahal. Tapi secara umum, untuk keamanannya tidak ada masalah karena kita juga berikan anti bakteri yang sama, di akhir diberi gas flour,” terangnya.
BANJARMASIN – Masyarakat yang tinggal di tepi sungai harus waspada. Pasalnya, meski sungai-sungai yang mengalir itu menyediakan sumber air yang melimpah, tapi kualitasnya ternyata sangat jauh dari standar air yang baik untuk dikonsumsi.
Kerusakan lingkungan telah berdampak serius terhadap segala aspek kehidupan. Salah satu yang harus mendapat perhatian adalah pencemaran sungai yang perlahan tapi pasti membuat ancaman krisis air bersih kian nyata.
“Kalau sekarang masyarakat yang tinggal di pinggir sungai sulit mau pakai airnya untuk minum. Makanya, kita sarankan pakai air PDAM,” ujar Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Ir Muslih.
Dijelaskannya, kualitas air baku yang digunakan untuk menyediakan pasokan air bersih bagi masyarakat Banjarmasin saat ini masih tergolong baik. Hanya saja, statusnya berada di kelas tiga. Padahal, air baku yang baik untuk air minum adalah yang posisinya di kelas satu, seperti air irigasi. Tingkat kekeruhannya yang rendah membuat proses pengolahannya menjadi lebih gampang dan secara otomatis akan menekan biaya produksi menjadi lebih ringan.
“Yang berbahaya kalau kelas air baku kita yang sekarang bergeser ke kelas empat, itu berarti ada kandungan zat-zat yang berbahaya,” katanya memperingatkan.
Ia menuturkan bahwa ada banyak hal yang saling terkait dalam masalah pencemaran sungai di daerah ini, seperti perilaku masyarakat yang suka membuang sampah ke sungai maupun kerusakan lingkungan yang lebih luas.
“Kalau air baku yang kelas tiga ini masih bisa kita olah. Tapi kalau mau mengubah air baku yang di sungai menjadi kelas satu, dukungannya adalah dukungan lingkungan. Namun, kualitas air baku ini sejatinya bukan tanggung jawab PDAM sebagai operator, tapi pemerintah,” ucapnya.
Ditambahkannya, air baku dengan kualitas rendah memang masih layak untuk dikonsumsi. Akan tetapi, untuk mengolahnya bakal menyedot biaya yang lebih besar, khususnya untuk penyediaan bahan kimia untuk menjernihkannya.
“Kalau kelas satu kan cukup pakai tawas. Nah, kalau kelas tiga harus pakai PAC (Poly Aluminium Chloride, red) yang harganya lebih mahal. Tapi secara umum, untuk keamanannya tidak ada masalah karena kita juga berikan anti bakteri yang sama, di akhir diberi gas flour,” terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar