Banyak Dibawa oleh Jemaah Asal Afrika
Pada musim haji, jutaan jemaah dari seluruh dunia tumpah ruah di tanah suci. Kepadatan manusia tingkat tinggi dengan latar belakang negara dan ras yang beragam ini menjadi sasaran empuk bagi penularan dan penyebaran penyakit. Salah satunya adalah Meningitis meningokokus atau penyakit radang otak yang banyak dibawa oleh jemaah haji asal Benua Afrika sebagai salah satu kawasan endemik Meningitis.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
“Tidak ada masalah, aman-aman saja,” ujar Patria jaya SH (53), salah seorang calon jemaah haji (calhaj) asal Banjarmasin ketika ditanya perasaannya setelah mendapat imunisasi Meningitis di Puskesmas Cempaka, Banjarmasin Tengah, kemarin (21/9), yang merupakan tahapan terakhir dalam pemeriksaan kesehatan calhaj.
Meski menderita penyakit jantung dan hipertensi, namun PNS di lingkungan Kantor Syahbandar Pelabuhan Trisakti Banjarmasin tersebut merasa baik-baik saja usai diimunisasi.
“Rasanya biasa-biasa saja, tidak pusing atau demam seperti bayi yang habis diimunisasi,” imbuhnya.
Menurut dr H Adi Sasono, Ketua Tim Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, imunisasi atau masuknya benda asing ke dalam tubuh manusia biasanya memang akan menimbulkan reaksi penolakan pada awalnya, misalnya dalam bentuk naiknya suhu tubuh. Tapi, vaksin Meningitis sama sekali tidak memiliki efek samping semacam itu sekalipun bagi penderita penyakit seperti jantung atau hipertensi.
“Memang vaksin yang kita gunakan sekarang baru, tapi alhamdulilah tidak ada masalah. Paling hanya pegal-pegal biasa saja. Asal jangan diberikan untuk anak-anak di bawah usia 11 tahun,” katanya.
Seperti diketahui, setelah vaksin Meningitis Mencevax buatan Glaxo Smith Kline (GSK) Belgia diharamkan oleh MUI karena mengandung enzim babi, kini pemerintah menggunakan vaksin Menveo MenCWY-135 buatan Novartis Vaccines Italia yang telah mendapat sertifikasi halal MUI.
Sementara itu, ratusan calhaj Kota Banjarmasin telah mendapat imunisasi sejak Senin (20/9) lalu. Sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Arab Saudi, seluruh calhaj wajib mendapat vaksinasi Meningitis meningokokus dan juga dianjurkan mendapat vaksin flu.
“Vaksin flu hanya dianjurkan walau sebetulnya cukup penting untuk mengurangi paparan influenza selama di tanah suci. Kalau vaksin Meningitis memang diwajibkan karena kalau sudah kena itu bahaya, kemungkinan terburuk si penderita bisa meninggal dunia,” tutur dr Adi.
Dari data WHO, beban terbesar dari penyakit Meningitis meningokokus terjadi di daerah sub-Sahara Afrika dan dikenal sebagai sabuk meningitis, yang membentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Meningitis meningokokus sendiri disebabkan oleh bakteri meningococ yang dapat menyebabkan kerusakan otak parah dan berakibat fatal pada 50% kasus jika tidak diobati. Gejala awalnya antara lain demam tinggi disertai kaku pada leher.
“Jemaah dari Afrika itu kebanyakan membawa Meningitis, istilahnya carrier atau pembawa. Dia sendiri kebal, tapi dia bisa menularkan kepada orang lain,” terangnya.
Dijelaskannya, Meningitis menular dengan cara droplet infection, yaitu cara penularan dari satu orang ke orang lain melalui tetesan uap air yang dikeluarkan dari saluran pernapasan bagian atas melalui bersin atau batuk.
“Kita ngomong gini bisa menular. Makanya kalau tidak disuntik, kami tidak berani mengeluarkan sertifikat. Kalau itu tidak keluar, berarti tidak bisa berangkat,” imbuhnya.
Setiap calhaj divaksin dengan cara disuntikkan di salah satu lengan dengan dosis 1 mililiter per orang. Masa kadaluarsa vaksin adalah tiga tahun.
“Dengan vaksin baru ini sudah tidak ada keraguan lagi soal kehalalannya. Apalagi vaksin yang sekarang kemasannya single dus dengan dosis satu mililiter untuk satu orang, lebih bagus dan lebih higienis dari yang dulu dengan kemasan 10 mililiter untuk 10 orang,” ucapnya.
Pada musim haji, jutaan jemaah dari seluruh dunia tumpah ruah di tanah suci. Kepadatan manusia tingkat tinggi dengan latar belakang negara dan ras yang beragam ini menjadi sasaran empuk bagi penularan dan penyebaran penyakit. Salah satunya adalah Meningitis meningokokus atau penyakit radang otak yang banyak dibawa oleh jemaah haji asal Benua Afrika sebagai salah satu kawasan endemik Meningitis.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
“Tidak ada masalah, aman-aman saja,” ujar Patria jaya SH (53), salah seorang calon jemaah haji (calhaj) asal Banjarmasin ketika ditanya perasaannya setelah mendapat imunisasi Meningitis di Puskesmas Cempaka, Banjarmasin Tengah, kemarin (21/9), yang merupakan tahapan terakhir dalam pemeriksaan kesehatan calhaj.
Meski menderita penyakit jantung dan hipertensi, namun PNS di lingkungan Kantor Syahbandar Pelabuhan Trisakti Banjarmasin tersebut merasa baik-baik saja usai diimunisasi.
“Rasanya biasa-biasa saja, tidak pusing atau demam seperti bayi yang habis diimunisasi,” imbuhnya.
Menurut dr H Adi Sasono, Ketua Tim Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, imunisasi atau masuknya benda asing ke dalam tubuh manusia biasanya memang akan menimbulkan reaksi penolakan pada awalnya, misalnya dalam bentuk naiknya suhu tubuh. Tapi, vaksin Meningitis sama sekali tidak memiliki efek samping semacam itu sekalipun bagi penderita penyakit seperti jantung atau hipertensi.
“Memang vaksin yang kita gunakan sekarang baru, tapi alhamdulilah tidak ada masalah. Paling hanya pegal-pegal biasa saja. Asal jangan diberikan untuk anak-anak di bawah usia 11 tahun,” katanya.
Seperti diketahui, setelah vaksin Meningitis Mencevax buatan Glaxo Smith Kline (GSK) Belgia diharamkan oleh MUI karena mengandung enzim babi, kini pemerintah menggunakan vaksin Menveo MenCWY-135 buatan Novartis Vaccines Italia yang telah mendapat sertifikasi halal MUI.
Sementara itu, ratusan calhaj Kota Banjarmasin telah mendapat imunisasi sejak Senin (20/9) lalu. Sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Arab Saudi, seluruh calhaj wajib mendapat vaksinasi Meningitis meningokokus dan juga dianjurkan mendapat vaksin flu.
“Vaksin flu hanya dianjurkan walau sebetulnya cukup penting untuk mengurangi paparan influenza selama di tanah suci. Kalau vaksin Meningitis memang diwajibkan karena kalau sudah kena itu bahaya, kemungkinan terburuk si penderita bisa meninggal dunia,” tutur dr Adi.
Dari data WHO, beban terbesar dari penyakit Meningitis meningokokus terjadi di daerah sub-Sahara Afrika dan dikenal sebagai sabuk meningitis, yang membentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Meningitis meningokokus sendiri disebabkan oleh bakteri meningococ yang dapat menyebabkan kerusakan otak parah dan berakibat fatal pada 50% kasus jika tidak diobati. Gejala awalnya antara lain demam tinggi disertai kaku pada leher.
“Jemaah dari Afrika itu kebanyakan membawa Meningitis, istilahnya carrier atau pembawa. Dia sendiri kebal, tapi dia bisa menularkan kepada orang lain,” terangnya.
Dijelaskannya, Meningitis menular dengan cara droplet infection, yaitu cara penularan dari satu orang ke orang lain melalui tetesan uap air yang dikeluarkan dari saluran pernapasan bagian atas melalui bersin atau batuk.
“Kita ngomong gini bisa menular. Makanya kalau tidak disuntik, kami tidak berani mengeluarkan sertifikat. Kalau itu tidak keluar, berarti tidak bisa berangkat,” imbuhnya.
Setiap calhaj divaksin dengan cara disuntikkan di salah satu lengan dengan dosis 1 mililiter per orang. Masa kadaluarsa vaksin adalah tiga tahun.
“Dengan vaksin baru ini sudah tidak ada keraguan lagi soal kehalalannya. Apalagi vaksin yang sekarang kemasannya single dus dengan dosis satu mililiter untuk satu orang, lebih bagus dan lebih higienis dari yang dulu dengan kemasan 10 mililiter untuk 10 orang,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar