Untuk Penanganan Limbah
BANJARMASIN – Keberadaan septic tank ternyata merupakan salah satu penyebab di balik kejadian luar biasa (KLB) diare dan muntaber yang sering terjadi di Banjarmasin. Soalnya, septic tank sebetulnya tidak memenuhi standar kesehatan dan menimbulkan pencemaran tanah.
“Bawahnya itu kan telanjang, tanah jadi tercemar. Jadi, yang kita sedot itu tanah liat. Kita buang ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), yang keluar tanah. Makanya, kita sering KLB diare dan muntaber,” ujar Direktur PD PAL Kota Banjarmasin, Ir Muhidin ST MT.
Ia pun bersyukur karena kini banyak pihak yang memberikan dukungan untuk menciptakan sanitasi yang baik di daerah ini, salah satunya adalah pemerintah Australia melalui AusAID yang baru-baru ini menggelontorkan dana hibah sebesar Rp 10 miliar.
Bantuan tersebut akan digunakan untuk penanganan limbah tinja di tiga kawasan yang menjadi prioritas, yakni di bantaran Sungai Pekapuran, Sungai Kelayan, dan Sungai Andai. Pemasangan perangkat pipa untuk mengalirkan limbah ke tempat pengelolaan tidak dipungut biaya, bahkan masyarakat bisa menikmati pelayanan gratis selama tiga bulan pertama. Adapun penerima bantuan adalah masyarakat yang masuk kategori berpenghasilan rendah.
“Kami sediakan juga klosetnya. Pasang gratis, nikmati gratis. Kalau ada buntu, kami akan datang, kami ajari supaya nantinya bisa mengatasi sendiri,” tukasnya.
Dengan demikian, 5-10 tahun ke depan masyarakat Banjarmasin diharapkan dapat menjalani hidup yang lebih baik. Jika sekarang mereka banyak berinvestasi untuk berobat, maka nantinya bisa dialihkan untuk membeli makanan yang sehat.
Sementara itu, disinggung soal keluhan masyarakat terkait kerusakan jalan yang ditimbulkan akibat pemasangan pipa untuk kepentingan pengelolaan limbah ini, ia tidak membantah. Namun, pihaknya berjanji seluruh kerusakan yang terjadi pada tahun lalu akan disempurnakan perbaikannya tahun ini.
“Kita kan ada tahapan. Habis digali tidak bisa langsung diaspal, tapi kita menurunkan pasir urugnya dulu supaya nanti tidak terjadi penurunan, setelah itu baru finishing, apakah diaspal atau dibeton. Nah, setelah semua tahapan yang susah sudah dilewati, sekarang kita sudah bisa menikmati, kalau kita bandingkan dengan yang kemarin sangat terasa,” katanya.
BANJARMASIN – Keberadaan septic tank ternyata merupakan salah satu penyebab di balik kejadian luar biasa (KLB) diare dan muntaber yang sering terjadi di Banjarmasin. Soalnya, septic tank sebetulnya tidak memenuhi standar kesehatan dan menimbulkan pencemaran tanah.
“Bawahnya itu kan telanjang, tanah jadi tercemar. Jadi, yang kita sedot itu tanah liat. Kita buang ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), yang keluar tanah. Makanya, kita sering KLB diare dan muntaber,” ujar Direktur PD PAL Kota Banjarmasin, Ir Muhidin ST MT.
Ia pun bersyukur karena kini banyak pihak yang memberikan dukungan untuk menciptakan sanitasi yang baik di daerah ini, salah satunya adalah pemerintah Australia melalui AusAID yang baru-baru ini menggelontorkan dana hibah sebesar Rp 10 miliar.
Bantuan tersebut akan digunakan untuk penanganan limbah tinja di tiga kawasan yang menjadi prioritas, yakni di bantaran Sungai Pekapuran, Sungai Kelayan, dan Sungai Andai. Pemasangan perangkat pipa untuk mengalirkan limbah ke tempat pengelolaan tidak dipungut biaya, bahkan masyarakat bisa menikmati pelayanan gratis selama tiga bulan pertama. Adapun penerima bantuan adalah masyarakat yang masuk kategori berpenghasilan rendah.
“Kami sediakan juga klosetnya. Pasang gratis, nikmati gratis. Kalau ada buntu, kami akan datang, kami ajari supaya nantinya bisa mengatasi sendiri,” tukasnya.
Dengan demikian, 5-10 tahun ke depan masyarakat Banjarmasin diharapkan dapat menjalani hidup yang lebih baik. Jika sekarang mereka banyak berinvestasi untuk berobat, maka nantinya bisa dialihkan untuk membeli makanan yang sehat.
Sementara itu, disinggung soal keluhan masyarakat terkait kerusakan jalan yang ditimbulkan akibat pemasangan pipa untuk kepentingan pengelolaan limbah ini, ia tidak membantah. Namun, pihaknya berjanji seluruh kerusakan yang terjadi pada tahun lalu akan disempurnakan perbaikannya tahun ini.
“Kita kan ada tahapan. Habis digali tidak bisa langsung diaspal, tapi kita menurunkan pasir urugnya dulu supaya nanti tidak terjadi penurunan, setelah itu baru finishing, apakah diaspal atau dibeton. Nah, setelah semua tahapan yang susah sudah dilewati, sekarang kita sudah bisa menikmati, kalau kita bandingkan dengan yang kemarin sangat terasa,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar