A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Senin, 11 April 2011

Bidik Lahan Eks Tambang

DAI Kalsel Sosialisasi Pengembangan Atsiri

PELAIHARI – Tujuh kabupaten di Kalimantan Selatan menjadi target Dewan Atsiri Indonesia (DAI) Kalsel untuk menjadi wilayah pengembangan tanaman atsiri, yakni Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tabalong, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, dan Tanah Bumbu.

Menurut Ketua DAI Kalsel, Nanang Nurdiyanto, Kalsel merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman atsiri. Hal ini mengingat ketersediaan lahan yang memadai, selain juga kondisi geografisnya yang dianggap sangat cocok.

“Jika lahan seluas tiga ribu hektar yang ditargetkan dapat tercapai pada tahun 2014, maka Kalsel dan Indonesia akan menjadi produsen minyak atsiri terbesar di dunia,” ujarnya di sela kegiatan sosialisasi pengembangan minyak atsiri di Desa Panyipatan Kabupaten Tanah Laut, Jumat (8/4).

Di Tala sendiri, pada tahun 2011 ini ada sekitar 200 hektar lahan yang siap digarap. Lokasinya berada di dua titik, yakni Panyipatan dan Tambang Ulang. Adapun jenis tanaman yang akan dibudidayakan dalam program yang bekerja sama dengan Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Kalsel tersebut adalah ylang-ylang

“Tinggal BP DAS nanti yang meletakkan gudang dan pabrik dimana karena akan dibuat klaster unggulan dengan mengacu pada Permen Nomor 35 Tahun 2007 tentang HHPK. MoU dengan eksportir juga sudah dibuat, tinggal menunggu dikirim kembali,” jelasnya.

Setelah Tala, selanjutnya DAI Kalsel berencana membidik pengembangan tanaman atsiri di Kabupaten Tapin, khususnya dengan memanfaatkan lahan eks tambang yang ada di daerah tersebut.

Sementara itu, rencana pengembangan tanaman atsiri di Desa Panyipatan disambut antusias oleh para petani setempat. Idris, salah seorang petani yang hadir pada kegiatan sosialisasi mengaku cukup menerima program yang ditawarkan dan lahan yang diminta pun juga sudah disiapkan. “Tinggal menunggu realisasi saja. Yang penting bagi kami, dari segi permodalan dan pemasaran lancar,” katanya.

Dituturkannya, beberapa waktu yang lalu, ia dan petani lain sempat mencoba mengembangkan tanaman atsiri jenis nilam secara swadaya. Namun, karena mekanisme pasar yang kurang diperhatikan, akhirnya proyek tersebut mandek.

Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Produksi dan Pemasaran DAI Kalsel, Eruh Ruhendi mengatakan bahwa analisa usaha tanaman ylang-ylang cukup meyakinkan. Apalagi, pasar yang dituju bukan di dalam negeri, tapi diekspor untuk memenuhi kebutuhan dunia.

“Eropa sangat mengharapkan Indonesia bisa mengembangkan tanaman atsiri, khususnya ylang-ylang. Kalau petani mengkhawatirkan pemasaran, saya setiap minggu malah ditelepon terus oleh eksportir dari Jakarta,” tegasnya.

Tidak ada komentar: