A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Minggu, 10 April 2011

Datangkan Ahli Desain ke Banjarmasin

Guna Tingkatkan Daya Saing Produk

BANJARMASIN – Gempuran produk Cina memang sangat luar biasa dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan sebelum ada kesepakatan perdagangan bebas, barang-barang buatan industri negeri tirai bambu itu telah membanjiri pasar dalam negeri. Dengan harga yang jauh lebih murah, produk Cina pun akhirnya sukses merebut konsumen.

Abi Antono, utusan Direktorat Kerjasama Pengembangan Ekspor Dirjen Pengembangan Eskpor Nasional (DJPEN) Kementerian Perdagangan RI saat berada di Banjarmasin, Kamis (7/4), mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan harga produk Cina sangat murah, antara lain karena tenaga kerja yang murah, bahan baku mudah didapat, serta kesinambungan antara industri hulu dan hilir.

“Kita akui pemerintah Cina sangat menyupport para pelaku usahanya dengan gencar melakukan promosi di luar negeri serta membuat MoU dengan mitra dagang. Home industry di sana juga sangat dihargai,” ujarnya.

Di era global seperti saat ini, lanjutnya, masuknya produk dari negara lain sudah tidak bisa dibendung. Oleh sebab itu, satu-satunya cara agar produk dalam negeri bisa bertahan adalah dengan terus meningkatkan daya saing.

“Yang harus diwaspadai adalah ketika barang Cina masuk, kita tidak siap berkompetisi,” katanya.

Diungkapkannya, salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing ini adalah dengan mendatangkan tenaga ahli atau ekspert untuk memberikan pelatihan kepada para pelaku usaha. Program ini sendiri sudah berjalan cukup lama, dan pada tahun ini pihaknya kembali akan mendatangkan ekspert di bidang desain produk.

“Mungkin Banjarmasin akan menjadi salah satu daerah tujuan kita. Tapi disepakati dulu apa produknya,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Industri Kehutaan dan Agro Hasil Hutan (IKAHH) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel, Zainuddin mengatakan, pada tahun 2009 lalu ekspert di bidang desain sebenarnya sudah pernah didatangkan, tepatnya untuk tiga jenis produk, yakni kayu, sasirangan, dan rotan.

Sayangnya, program tersebut tidak berkesinambungan karena pemerintah baik pusat maupun daerah tidak menyediakan dana bagi para peserta pelatihan untuk mengikuti pameran yang diadakan setelah kegiatan pelatihan selesai.

“Setelah dibina sesuai dengan keinginan pasar, ternyata ada pameran di Jepang. Tapi tidak ada dananya, sehingga terpaksa barang-barangnya dititipkan saja. Kalau ada kerjasama seperti ini, harusnya sinkron dengan komitmen pemerintah,” tegasnya.

Menurutnya, industri kerajinan selama ini memang memiliki keterbatasan pasar. Namun, upaya pemerintah sendiri untuk membantu pengembangan industri kerajinan baru sampai pada peningkatan mutu, belum pada pemasaran.

Tidak ada komentar: