Angkutan Barang Turung 30 Persen
BANJARMASIN – Antrean solar yang terjadi di Kalimantan Selatan belakangan ini telah membuat arus barang menjadi terganggu. Jika tak segera diatasi, hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap roda perekonomian.
Ketua DPC Organda Trisakti Banjarmasin, Joko Wahono kemarin mengatakan, dalam sebulan terakhir telah terjadi penurunan volume angkutan barang sekitar 30 persen. Jika normalnya ada 600 unit angkutan yang berangkat setiap hari, kini turun menjadi 400 unit karena yang biasanya bisa berangkat dua kali sehari, sekarang hanya bisa sekali saja.
“Waktu habis untuk antri, dan terkadang juga tidak bisa mengisi sampai full,” ujarnya.
Para sopir sendiri tak berani berangkat jika isi tangki bahan bakar tidak mencukupi. Pasalnya, kelangkaan solar yang terjadi di luar daerah lebih parah lagi, seperti di Tanah Laut dan Hulu Sungai.
“Mau beli di luar, mahal sampai Rp 6-7 ribu, dan tidak terjamin juga kemurniannya. Kalau kita boleh berpendapat, standarkan saja harganya, jangan ada nonsubsidi dan subsidi, pasti tidak ada antre lagi. Toh yang pakai nonsubsidi banyak yang lari ke subsidi juga,” tambahnya.
Dengan kondisi kelangkaan solar saat ini, menurutnya juga tidak menutup kemungkinan ongkos angkutan akan dinaikkan.
Pihaknya sebetulnya sangat berharap ada SPBU yang dikhususkan bagi angkutan pelabuhan di kawasan Pelabuhan Trisakti agar arus barang tidak terganggu. Apalagi mengingat Pelabuhan Trisakti sebagai pusat perekonomian Kalsel, bahkan Kalimantan.
“Barang dari Batulicin sandar di sini, padahal di sana ada pelabuhan. Kalteng dan sebagian Kaltim juga di sini. Karena kalau dikalkulasi, layanan angkutan, pelabuhan, sampai buruh lebih murah di Trisakti. Jadi, kalau di sini terhambat, semua terhambat,” tuturnya.
Tak heran, jika kelangkaan solar terus berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak terhadap roda perekonomian.
“Yang riskan itu pupuk. Kalau sampai langka, bisa bahaya industri perkebunan kita. Maka yang saya utamakan di sini pupuk, jangan sampai ada kendala,” tukasnya.
Sementara itu, meski arus barang terhambat, namun sejauh ini nampaknya belum berpengaruh terhadap harga barang-barang. Eka, salah satu distributor sembako di Pasar Lima Banjarmasin mengatakan, harga-harga sembako saat ini masih normal meski ongkos angkut membengkak karena ia harus membeli solar di luar SPBU demi menjamin kelancaran pengiriman barang.
“Terutama pengiriman ke luar kota yang sangat terasa, karena di sana tidak ada jual solar. Tapi pengiriman barang tetap jalan, cuma agak terlambat saja,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar