A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 17 Mei 2011

Bahan Kimia Aman Kurang Populer

BANJARMASIN – Kebiasaan penggunaan bahan berbahaya pada makanan dan minuman, khususnya pada hasil produksi industri kecil dan menengah (IKM)masih sulit dihilangkan. Padahal, di pasaran telah tersedia bahan kimia yang aman digunakan dalam industri pangan, seperti Sodium TriPolyPhosphate (STPP) sebagai pengganti bleng untuk memekarkan kerupuk, atau Natrium Bikarbonat dan Kalium Bikarbonat sebagai pengganti boraks. Namun, bahan-bahan ini nampaknya kurang populer.

Kepala Bidang Industri Kehutanan, Agro, dan Hasil Hutan (IKAHH) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalimantan Selatan, Zainuddin melalui Kepala Seksi Kimia, Kris Wibowo kemarin mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi IKM adalah akses yang masih terbatas untuk mendapatkan bahan kimia tersebut.

“ Tidak di semua daerah di Kalsel itu ada toko bahan kimianya, di Banjarmasin saja tokonya kurang populer. Masyarakat juga enggan mengakses langsung ke distributor,” katanya.

Dituturkannya, pihaknya sudah pernah berbicara dengan distributor agar mereka membuka cabang di daerah. Namun, distributor keberatan jika mereka sendiri yang harus melakukan investasi dalam pembukaan cabang tersebut.

Di sisi lain, mengubah pola kerja IKM yang sudah terbiasa dengan cara lama juga bukan urusan gampang. Apalagi, penggunaan bahan-bahan kimia memerlukan takaran tertentu supaya komposisinya pas. Dari segi harga, bahan kimia yang aman ini memang relatif lebih mahal. Namun, dalam penggunaannya sebetulnya lebih hemat karena takarannya lebih sedikit.

“Dari awal mereka belajar bikin kerupuk pakai bleng, seterusnya ya pakai bleng. Kalau diminta mengubah pola kerja tidak gampang, apalagi bahan-bahan kimia itu harus diukur. Meski sudah diajari bagaimana mencampurnya, pulang ke rumah kembali lagi pakai bahan berbahaya,” ujarnya.

Kendala lain, lanjutnya, justru terkadang dari konsumen sendiri yang lebih menyukai makanan yang menggunakan bahan berbahaya tadi karena faktor rasa yang lebih enak maupun penampilan yang lebih menarik.

“Sebagian besar IKM sudah tahu efek negatifnya, tapi konsumen maunya pakai itu. Seperti yang dialami pembuat kerupuk di Angkinang, yang pakai pewarna malah lebih laku,” tambahnya.

Sementara itu, disinggung soal pengawasan peredaran bahan berbahaya yang selama ini terkesan dijual bebas, menurutnya merupakan kewenangan distributor, dimana merekalah yang mengendalikan siapa-siapa pembelinya dan diecerkan kemana saja.

“Kalau bleng karena memang ilegal, siapa yang berkewajiban memantau memang tidak ada kecuali kalau ada razia,” tandasnya.

Tidak ada komentar: