BANJARMASIN – Antrean panjang untuk mendapatkan solar di Banjarmasin semestinya tak perlu terjadi. Hal ini karena daerah ini dinilai potensial untuk mengembangkan biodiesel, khususnya yang berbahan baku kelapa sawit. Demikian pendapat yang dikemukakan Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Selatan, Untung Wiyono.
Pihaknya sendiri menargetkan, ke depan Kalsel dapat menjadi sentra produksi kelapa sawit di Indonesia, dan hasilnya akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel.
“Manfaatnya banyak sekali, termasuk untuk menerangi daerah pedesaan,” katanya.
Diungkapkannya, dengan asumsi produksi maksimal minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Kalsel sebesar 1,5 juta ton pertahun, jika setengahnya saja yang diproses menjadi biodiesel , maka dapat dihasilkan sekitar 600 ribu ton biodiesel pertahun.
“Dibanding CPO, investasi untuk biodiesel juga lebih murah,” tambahnya.
Hanya saja, menurutnya semua kembali lagi pada kebijakan pemerintah, terutama terkait regulasi penjualannya.
“Bahan bakar kan monopoli Pertamina. Kalau dibebaskan, tidak masalah. Maka, pemda harus duduk bersama dengan perusahaan, PLN, Pertamina, dan instansi lainnya untuk berembuk mengenai kebijakan untuk melaksanakan biodiesel ini,” jelasnya.
Selain soal kebijakan, masalah lainnya adalah masih adanya solar bersubdisi. Disparitas harga yang ditimbulkan dikhawatirkan akan membuat biodiesel kurang diminati. Ambil contoh harga CPO saat ini sekitar Rp 7.400 perkilogram, maka jika dijadikan biodiesel akan ada tambahan biaya sekitar Rp 1.200 per liter sehingga harga biodiesel bisa dua kali lipat dari harga solar bersubsidi.
“Ya tidak akan laku. Tapi bukan berarti tidak punya peluang. Karena cadangan minyak bumi kita suatu saat akan habis, mau tidak mau pengembangan biodiesel harus dimulai dari sekarang, terutama oleh daerah-daerah penghasil terbesar,” tukasnya.
Saat ini, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kalsel ada sekitar 320 hektar atau 3 persen dari luas lahan secara nasional, dengan kapasitas produksi maksimal bisa mencapai 6 juta ton per tahun. Namun, karena usia tanaman yang belum merata, produksi kelapa sawit di Kalsel baru sekitar 2,6 juta ton per tahun dengan kapasitas maksimal 17-18 ton perhektar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar