A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 28 Juni 2011

Ekspor Jamu Terganjal Kapasitas Produksi

BANJARMASIN – Meski cukup bergaung di dalam negeri, namun potensi produk jamu tradisional Kalimantan Selatan sebagai komoditi ekspor belum bisa digarap. Hal ini dikarenakan kapasitas produksinya yang masih kecil. Dari data Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Kalsel, saat ini hanya ada lima perusahaan yang masih aktif di Kalsel.

“Untuk jamu arahnya memang kita harapkan ke sana, tapi belum sekarang. Kapasitas produksi masih terbatas, karena saat ini hanya ada satu perusahaan jamu tradisional yang besar di Kalsel,” ujar Kepala Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah (P3ED) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel Nur Fuansyah, kemarin.

Meski demikian, pihaknya terus mendorong agar produk jamu tradisional Kalsel bisa dikenal di mancanegara, misalnya melalui kegiatan pameran dan bantuan promosi yang diberikan atase perdagangan pemerintah Indonesia di luar negeri.

“Pemerintah hanya bisa memberi kemudahan-kemudahan, yang deal tetap si pengusaha. Makanya, semua sangat tergantung pada pengusahanya sendiri dan produknya,” katanya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Kalsel Said Hasan Machdan mengungkapkan, walau belum ada kerjasama ekspor untuk produk jamu dari Kalsel, namun produk jamu Kalsel telah merambah ke beberapa negara melalui sistem hand and carry atau dibawa oleh perorangan, seperti di Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi.

Selain terkendala kapasitas produksi, masalah birokrasi menurutnya juga menjadi hambatan lain untuk merealisasikan pengembangan pasar jamu tradisional Kalsel ke luar negeri melalui ekspor.

“Pada tahun 2005, ada rencana pemerintah membuat regulasi obat berstandar internasional sehingga produk obat termasuk jamu bisa bebas masuk di kawasan Asean. Tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” tuturnya.

Secara kualitas, lanjutnya, produk jamu lokal sebetulnya jauh lebih bagus. Selain itu, umumnya bahan baku produk jamu yang diproduksi negara lain seperti Cina, sebetulnya juga berasal dari Indonesia.

“Cuma secara packaging kita akui mereka memang lebih bagus, dan tingkat kecintaan terhadap produk dalam negeri sendiri masih kurang sehingga masyarakat kita lebih condong ke produk luar,” tandasnya.

Tidak ada komentar: