A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 10 Juni 2011

Perubahan Iklim Ganggu Produksi Padi

Konsumsi Beras Ditarget Turun 1 Persen Pertahun

BANJARMASIN – Perubahan iklim global yang membuat cuaca menjadi sangat sulit diprediksi mengancam program peningkatan produksi pangan di dalam negeri.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Erma Budianto mengatakan, hal inilah yang mendorong presiden mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2011 yang berisi instruksi untuk mengamankan produksi beras dalam menghadapi kondisi iklim ekstrem.
Ada 15 lembaga setara kementerian, termasuk gubernur dan bupati yang diinstruksikan untuk mengambil langkah proaktif dalam menghadapi kondisi iklim ekstrem.
“Dampak iklim ekstrem ini sudah dirasakan, yaitu iklim kering (elnino) dan iklim kering basah (lanina) yang tidak bisa lagi diprediksi. Selain menyebabkan kekeringan atau banjir, kedua kondisi ini juga selalu diikuti meningkatnya serangan hama dan penyakit,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) di kantor Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura (Distan TPH) Kalsel, kemarin.
Dicontohkannya, selama periode tahun 1991-2010, telah terjadi tiga kali kondisi iklim kering basah ekstrem yang diikuti ledakan hama wereng batang cokelat, yakni pada tahun 1998, 2005, dan terakhir 2010.
Untuk pengamanan pangan, ungkapnya, target pemerintah minimal 95 persen area tanam harus bebas dari OPT dan DPI. Begitu ada spot (titik sumber serangan), langsung dikendalikan agar tidak meluas. Dalam hal ini, tentu diperlukan peningkatan sistem deteksi dini.
“Saya juga heran kenapa sampai ada padi yang puso, tidak ada tindakan atau pengamat hamanya mengantuk?” selorohnya. Ditambahkannya, ledakan hama pada 2010 tidak di Indonesia saja, tapi juga di Vietnam, India, Banglades, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Cina.
“Implikasinya pada produksi, dimana ke depan mereka akan mengutamakan konsumsi dalam negeri, sehingga kita tidak bisa lagi mengandalkan impor dari negara tetangga,” katanya. Menghadapi kondisi ini, pemerintah pun menargetkan peningkatan produksi padi sebesar lima persen pertahun selama 2011-2015 untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang mencapai dua persen pertahun.
“Memang cukup berat karena produktivitas padi kita cenderung melandai dan perluasan areal tanam juga melambat karena kendala infrastruktur,” tambahnya.

Tidak ada komentar: