BANJARMASIN – Gejolak
harga daging ayam sepanjang tahun ini membuat para pedagang daging ayam eceran mengeluh.
Pasalnya, kondisi tersebut membuat omzet mereka terganggu. Bahkan, tak jarang
pedagang harus menelan kerugian.
Di awal pekan lalu
atau menjelang Lebaran, harga daging ayam kembali menanjak. Salah seorang
pedagang daging ayam di Pasar Sentra Antasari, Hj Maisarah mengungkapkan, harga
daging ayam pedaging (boriler) mencapai Rp 40 ribu perekor, sedangkan daging
ayam petelur naik menjadi Rp 65 ribu perekor. Pada pertengahan bulan puasa,
harga daging ayam masih berada di kisaran Rp 25 ribu-Rp 40 ribu perekor.
“Harganya naik sekali,
jadi tidak laku. Karena kemahalan, orang
mending beli daging sapi,” ujarnya.
Dikatakannya, kenaikan
harga yang tajam membuat dagangannya tidak laku. Penjualan selama puasa,
terlebih menjelang Lebaran tadi pun tak terlalu menggembirakan. Hasilnya,
banyak stok daging ayam yang menumpuk di mesin pendingin. Tak jarang, ia harus
banting harga untuk menarik pembeli.
“Mestinya, kalau harga
naik yang sewajarnya saja supaya sama-sama bisa makan. Tapi ini malah
loncat-loncat tidak karuan,” keluhnya.
Paska Lebaran, harga
daging ayam mulai melandai meskipun belum kembali normal seperti tahun lalu.
Kemarin, harga daging ayam pedaging turun menjadi Rp 36 ribu perekor dan ayam
petelur Rp 30 ribu perekor. Meski demikian, Hj Maisarah mengaku penjualan tetap
saja sepi.
“Yang beli cuma orang
yang berjualan, yang buat makan sendiri di rumah sedikit,” katanya.
Jika kondisi ini terus
berlanjut, ia khawatir apa yang terjadi pada tahun lalu akan kembali terulang,
dimana harga daging ayam anjlok ke titik yang paling rendah. Pada tahun 2010,
harga daging ayam sempat menyentuh angka Rp 9 ribu-Rp 10 ribu perkilogram.
“Orang kan tidak makan
ayam terus, bisa tidak laku-laku. Kalau permintaan tetap sepi, harga daging
ayam bisa anjlok lagi,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar