BANJARMASIN – Kinerja ekspor Kalimantan Selatan ke Afrika
Selatan kian menggeliat. Pada tahun 2010, nilai ekspor Kalsel ke Afsel mencapai
USD 1,9 juta. Sedangkan pada tahun 2011 sampai dengan bulan Juli saja, nilainya
sudah USD 2,1 juta.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri (Daglu) Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel Gt Yasni Iqbal mengatakan
bahwa Afsel adalah pasar yang sangat penting karena negara tersebut merupakan
pintu gerbang atau entry point perdagangan di Benua Afrika, sama dengan Uni
Emirat Arab yang menjadi entry point di kawasan Timur Tengah.
“Kalau bisa masuk ke sana, maka kita bisa masuk juga ke
negara-negara lainnya,” ujarnya, kemarin.
Adapun komoditas unggulan Kalsel yang memiliki pasar
potensial di Afsel antara lain karet alam, plywood, dan kayu olahan. Komoditas-komoditas
ini mulai merambah Afsel sejak tahun 2008 sebagai bagian dari kebijakan
diversifikasi pasar ekspor Kalsel yang selama ini lebih banyak tertuju ke pasar
Asia, khususnya Asia Timur.
Pada tahun 2011, sampai dengan Juli volume ekspor karet
alam ke Afsel tercatat sebesar 414 ton dengan nilai USD 1,9 juta, volume ekspor
plywood 82 ton dengan nilai USD 89 ribu, dan volume ekspor kayu olahan 59 ton
dengan nilai USD 79 ribu.
Beberapa waktu lalu, duta besar Afsel untuk Indonesia
sempat bertandang ke Banjarmasin untuk menjajaki sejumlah kerjasama. Namun,
arahnya lebih banyak ke bidang investasi dan pariwisata.
Sementara itu, secara umum ekspor Kalsel ke Benua Afrika
belum terlalu signifikan, dimana kontribusinya masih di bawah satu persen dari
total ekspor keseluruhan. Selain Afsel, Kalsel juga menyasar pasar Mesir,
Ghana, Maroko, Algeria, Libya, Mozambik, dan Kenya. Hanya saja, permintaan dari
negara-negara tersebut tidak datang secara rutin seperti halnya Afsel.
Pada tahun 2008, total ekspor ke Benua Afrika mencapai
USD 10 juta. Di tahun berikutnya, turun menjadi USD 2 juta, dan naik lagi pada
2010 menjadi USD 4 juta. Menurut Iqbal, penurunan ini disebabkan karena adanya
penurunan permintaan batubara.
“Permintaan batu bara dari Afrika memang musiman. Seperti
tahun 2008 ada ekspor batubara ke Maroko, tapi tahun berikutnya tidak ada.
Tahun 2010 hanya ke Mozambik,” tuturnya.
Produk lain yang banyak diekspor ke Afrika seperti produk
kayu dan karet alam. Sedangkan untuk produk tekstil, meskipun pangsa pasarnya
sangat besar di Afrika, namun saat ini pengirimannya masih dilakukan pihak
ketiga atau eksportir perseorangan karena terkendala kuantitas produksi.
Secara nasional, porsi ekspor Indonesia ke Afrika saat
ini hanya sebesar dua persen dengan nilai USD 4,5 miliar. Diharapkan pada 3-5
tahun ke depan, kontribusinya bisa
meningkat hingga dua kali lipat sehubungan dengan melambannya pertumbuhan
ekonomi AS dan Eropa akibat krisis yang diprediksi akan lebih parah dari krisis
yang terjadi pada tahun 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar