A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Rabu, 28 September 2011

Ekspor ke Afrika Masih di Bawah 1 Persen

BANJARMASIN – Kinerja ekspor Kalimantan Selatan ke Afrika Selatan kian menggeliat. Pada tahun 2010, nilai ekspor Kalsel ke Afsel mencapai USD 1,9 juta. Sedangkan pada tahun 2011 sampai dengan bulan Juli saja, nilainya sudah USD 2,1 juta.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri (Daglu) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel Gt Yasni Iqbal mengatakan bahwa Afsel adalah pasar yang sangat penting karena negara tersebut merupakan pintu gerbang atau entry point perdagangan di Benua Afrika, sama dengan Uni Emirat Arab yang menjadi entry point di kawasan Timur Tengah.
“Kalau bisa masuk ke sana, maka kita bisa masuk juga ke negara-negara lainnya,” ujarnya, kemarin.
Adapun komoditas unggulan Kalsel yang memiliki pasar potensial di Afsel antara lain karet alam, plywood, dan kayu olahan. Komoditas-komoditas ini mulai merambah Afsel sejak tahun 2008 sebagai bagian dari kebijakan diversifikasi pasar ekspor Kalsel yang selama ini lebih banyak tertuju ke pasar Asia, khususnya Asia Timur.
Pada tahun 2011, sampai dengan Juli volume ekspor karet alam ke Afsel tercatat sebesar 414 ton dengan nilai USD 1,9 juta, volume ekspor plywood 82 ton dengan nilai USD 89 ribu, dan volume ekspor kayu olahan 59 ton dengan nilai USD 79 ribu.
Beberapa waktu lalu, duta besar Afsel untuk Indonesia sempat bertandang ke Banjarmasin untuk menjajaki sejumlah kerjasama. Namun, arahnya lebih banyak ke bidang investasi dan pariwisata.
Sementara itu, secara umum ekspor Kalsel ke Benua Afrika belum terlalu signifikan, dimana kontribusinya masih di bawah satu persen dari total ekspor keseluruhan. Selain Afsel, Kalsel juga menyasar pasar Mesir, Ghana, Maroko, Algeria, Libya, Mozambik, dan Kenya. Hanya saja, permintaan dari negara-negara tersebut tidak datang secara rutin seperti halnya Afsel.
Pada tahun 2008, total ekspor ke Benua Afrika mencapai USD 10 juta. Di tahun berikutnya, turun menjadi USD 2 juta, dan naik lagi pada 2010 menjadi USD 4 juta. Menurut Iqbal, penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan permintaan batubara.
“Permintaan batu bara dari Afrika memang musiman. Seperti tahun 2008 ada ekspor batubara ke Maroko, tapi tahun berikutnya tidak ada. Tahun 2010 hanya ke Mozambik,” tuturnya.
Produk lain yang banyak diekspor ke Afrika seperti produk kayu dan karet alam. Sedangkan untuk produk tekstil, meskipun pangsa pasarnya sangat besar di Afrika, namun saat ini pengirimannya masih dilakukan pihak ketiga atau eksportir perseorangan karena terkendala kuantitas produksi.
Secara nasional, porsi ekspor Indonesia ke Afrika saat ini hanya sebesar dua persen dengan nilai USD 4,5 miliar. Diharapkan pada 3-5 tahun ke depan,  kontribusinya bisa meningkat hingga dua kali lipat sehubungan dengan melambannya pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa akibat krisis yang diprediksi akan lebih parah dari krisis yang terjadi pada tahun 2008.

Tidak ada komentar: