A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 15 November 2011

Bus Air Dermaga Banjar Raya Ditinggalkan Penumpang


Kapal Berkurang, Dermaga Memprihatinkan

Keberadaan Jembatan Barito membuat akses jalan Banjarmasin-Palangkaraya menjadi lebih mudah. Di sisi lain, kondisi tersebut juga menyebabkan armada bus air di Dermaga Banjar Raya Banjarmasin kehilangan penumpang. Seiring jumlah kapal yang kini terus menyusut, kondisi fisik dermaga pun tak lagi mendapat perhatian.

NAZAT FITRIAH, Banjarmasin

Dermaga Banjar Raya yang terletak di Jl Barito Hulu RT 47 Kelurahan Pelambuan Kecamatan Banjarmasin Barat ini dibangun pada tahun 1982 untuk melayani penumpang yang ingin pergi ke sejumlah daerah di Kalimantan Tengah, seperti Palangkaraya, Buntok, Puruk Cahu, dan Muara Teweh. Awalnya, terdapat lebih dari 30 buah kapal yang beroperasi. Namun, sejak Jembatan Barito diresmikan tahun 1997, bus air mulai ditinggalkan.

Pasalnya, banyak penumpang yang hendak ke Kalteng lebih memilih jalur darat karena lebih cepat. Kalau naik kapal dari Dermaga Banjar Raya, waktu tempuh bisa mencapai dua atau tiga hari tiga malam. Tapi dengan mobil atau bus, perjalanannya cuma hitungan jam saja. Sedangkan para penumpang yang masih setia dengan bus air rata-rata bermukim di tepian sungai, sehingga bagi mereka lebih efisien naik kapal. Saat ini, jumlah kapal yang masih bertahan di Dermaga Banjar Raya tinggal tiga buah, yakni KM Delta Barito, KM Bahtera Barito, dan KM Pancar Mas II. Kapal yang lainnya ada yang dijual, dijadikan feri penyeberangan, atau disulap menjadi kelotok embal untuk mengangkut kayu sibitan.

"Dulu dalam sebulan kami biasa berangkat dua kali. Kalau sekarang tidak tentu, kadang bisa dua kali berangkat saja dalam tiga bulan," ujar Adan (30), anak buah kapal (ABK) KM Pancar Mas II kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Terlebih jika musim kemarau, kapal bisa berbulan-bulan tidak bisa jalan karena kedalaman air tidak memungkinkan untuk dilalui. KM Pancar Mas II melayani berbagai rute ke Kalteng dengan tarif bervariasi, misalnya ke Buntok Rp 54 ribu perorang, Muara Teweh Rp 81 ribu perorang, dan Puruk Cahu Rp 105 ribu. Selain penumpang, kapal juga bisa mengangkut berbagai barang, seperti sepeda motor. Kapal sendiri memiliki kapasitas penumpang sekitar 44 orang. Karena perjalanan memakan waktu lebih dari sehari, untuk penumpang disediakan ranjang tidur bertingkat dua, masing-masing 12 ranjang di lantai bawah dan 10 ranjang di lantai atas.

"Sekarang kalau berangkat kapal jarang penuh, penumpangnya paling 5-10 orang. Yang banyak justru barang, terutama bahan bangunan seperti semen," tuturnya.

Menurut Adan, penurunan volume penumpang mulai terasa sejak tahun 2000. Di samping jumlah kapal yang makin menyusut, pudarnya pamor bus air di Dermaga Banjar Raya juga berimbas pada hilangnya pendapatan para buruh angkut. Seperti diakui Arifin (45), pendapatannya kini sudah jauh berkurang.

"Sebelum ada Jembatan Barito masih ramai. Tapi sekarang sunyi, kapalnya saja tinggal tiga buah," ucapnya. Untuk menambah penghasilan, ia pun bekerja sebagai penjaga sekaligus petugas kebersihan di Kantor Pos Dermaga Banjar Raya.

Selain bus air tujuan Kalteng, di Dermaga Banjar Raya juga terdapat kapal penyeberangan ke Tamban yang beroperasi setiap hari. Saat ini, ada lima kapal yang melayani rute tersebut.

Sementara itu, seiring aktivitas di Dermaga Banjar Raya yang kian sepi, keberadaan dermaga ini pun seperti tak diperhatikan lagi. Lantai dermaga yang terbuat dari papan-papan kayu bolong di sana-sini sehingga orang yang berlalu-lalang harus berhati-hati. Tak hanya itu, kondisi Kantor Pos Dermaga Banjar Raya juga tak terawat. Atapnya yang bergaya rumah Banjar dan plafonnya banyak yang jebol sehingga air hujan merembes masuk dan membuat genangan di beberapa sudut ruangan. Kaca-kacanya kusam. Sepintas, bangunan yang terbuat dari kayu ulin dengan ukuran cukup luas ini terlihat bak rumah yang sudah lama tak berpenghuni.

Padahal, kantor tersebut sampai hari ini masih dipakai, meskipun hanya Kepala Pos Dermaga Banjar Raya yang kini dijabat Nortain saja yang setiap hari ngantor di sana. Tak ada pegawai lainnya.

"Karena kapal makin lama makin berkurang, akhirnya kepalanya saja yang jaga sendiri," kata Nortain.

Masuk ke bagian dalam kantor, kondisinya benar-benar seperti rumah kosong. Tak ada perabot, tak ada tanda-tanda kehidupan. Semua ruangan yang ada pun sudah tidak difungsikan lagi, kecuali ruangan Kepala Pos. Di samping kiri pintu masuk, terdapat dua buah ruangan terkunci yang dulunya merupakan ruangan syahbandar dan Polairud. Kemudian, di sisi kiri bangunan ada ruangan kecil bekas loket penjualan tiket. Lalu, ada juga toilet dan musala yang kondisinya sangat mengenaskan. 

Tidak ada komentar: