A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 29 Mei 2012

Satu Perusahaan Belum Standar


Terkait Pengolahan Limbah Pengolahan Karet

BANJARMASIN – Dari tiga perusahaan pengolahan karet di Banjarmasin, masih ada satu perusahaan yang pengelolaan limbah cairnya belum sesuai standar.  Meski semua indikator  gangguan lingkungan masih di bawah baku mutu, tapi perusahaan tetap didesak untuk segera berbenah.
“Isu pokok dalam pengolahan karet memang limbah cair, karena volume yang dihasilkan cukup tinggi. Kalau melebihi baku mutu sedikit saja, dampaknya sangat besar,” ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin Hamdi  di sela kunjungan Komisi III DPRD Kota Banjarmasin ke pabrik pengolan karet PT Banua Lima Sejurus di Jl Tembus Mantuil, Senin (28/5). 
Dikatakannya, penggunaan metode lumpur aktif dalam pengelolaan air limbah dari hasil pengolahan karet sejauh ini paling efektif. Tapi pada awalnya dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk pembangunan instalasi. “Tapi tetap kita lakukan pembinaan agar secara bertahap dalam waktu segera bisa dibenahi,” imbuhnya.
General Manager PT Banua Lima Sejurus Firman Abubakar membenarkan isu besarnya investasi untuk pembangunan instalasi pengolahan air limbah tersebut.  “Sekitar Rp 2 miliar. Itupun 20 tahun yang lalu, kalau sekarang mungkin Rp 20 miliar,” katanya.
Tapi, lanjutnya, manfaatnya dirasakan oleh perusahaan karena ada efisiensi. Sekitar 75 persen air hasil pengolahan limbah dapat digunakan kembali untuk pencucian karet. Dalam satu hari, rata-rata dihasilkan 1.300 meter kubik air limbah dengan waktu produksi selama 18 jam.
Dalam metode lumpur aktif, pengolahan limbah melalui tiga tahap. Pertama, air diendapkan, lalu dialirkan ke kolam lumpur yang diberi oksigen. Bahan organik yang terkandung dalam limbah akan diuraikan bakteri yang hidup di lumpur. Selanjutnya air diendapkan kembali.
Disinggung soal bau menyengat yang ditimbulkan dari proses pengolahan karet, Firman mengatakan kalau Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) telah menggandeng tim ahli dari Jepang untuk melakukan penelitian guna mencari solusinya.
“Dari kami bukan tidak ada upaya. Kami sudah memilah kualitas bahan baku karet yang diterima, karena permintaan pembeli macam-macam. Kalau tidak begitu, kami yang rugi,” ucapnya.

Tidak ada komentar: