BANJARMASIN – Kisah hidup Ilma Nafia (1,5), bocah penderita
Hydrochepalus asal Kecamatan Cempaka Banjarbaru yang pengobatannya terkendala
kesulitan ekonomi menginspirasi sekelompok masyarakat membentuk komunitas
sosial. Pasalnya, ternyata banyak Ilma-Ilma lainnya yang juga perlu uluran
tangan.
“Seperti fenomena gunung es. Setelah kita menggalang dana
untuk Ilma, bermunculan adik-adik lainnya yang senasib dan harus dibantu,” ujar
Ketua Komunitas Peduli Kemanusiaan (KPK) Muhamad Pazri saat launching komunitas
tersebut secara resmi sekaligus doa bersama di Mesjid Baitul Hikmah Unlam
Banjarmasin, Selasa (9/1) malam.
Dituturkan Pazri yang juga Presiden BEM Unlam, anggota
komunitas ini tak cuma mahasiswa. Tapi gabungan personel BPK/PMK, emergency,
bahkan insan media.
“KPK terbentuk untuk kepedulian murni membantu sesama. Sudah seharusnya wartawan, mahasiswa, BPK/PMK, emergency, dan lainnya bersatu. Sebelumnya sendiri-sendiri,” katanya.
“KPK terbentuk untuk kepedulian murni membantu sesama. Sudah seharusnya wartawan, mahasiswa, BPK/PMK, emergency, dan lainnya bersatu. Sebelumnya sendiri-sendiri,” katanya.
Diakuinya, inspirasi untuk membentuk komunitas ini berawal
dari keprihatinan terhadap Ilma Nafia. Tanpa disadari, perhimpunan untuk
menggalang dana ternyata cukup bermanfaat. Terlebih, setelah membantu Ilma,
bermunculan kasus-kasus pasien tak mampu lainnya.
“Mudah-mudahan ke depan KPK tidak hanya menjadi komunitas
milik beberapa orang, tapi semua orang dan bisa menghimpun lebih banyak lagi
relawan,” harapnya.
Sampai sekarang ada beberapa anak yang sudah dibantu, baik
dari segi dana maupun ranah advokasi.
Pazri mengatakan kepercayaan dan kejujuran akan selalu dipegang komunitas ini, serta tidak berharap materi.
Terkait kegiatan doa bersama, Ketua Pelaksana Khairil Sa’bani mengatakan bahwa selain upaya secara lahiriah dengan membantu donasi sebesar-besarnya, juga perlu diiringi dengan doa kepada Tuhan untuk kesembuhan pasien yang mereka sokong pendanaannya. Pada kesempatan itu mereka juga menggelar salat hajat bersama dipimpin ulama KH Misbahul Munir.
Pazri mengatakan kepercayaan dan kejujuran akan selalu dipegang komunitas ini, serta tidak berharap materi.
Terkait kegiatan doa bersama, Ketua Pelaksana Khairil Sa’bani mengatakan bahwa selain upaya secara lahiriah dengan membantu donasi sebesar-besarnya, juga perlu diiringi dengan doa kepada Tuhan untuk kesembuhan pasien yang mereka sokong pendanaannya. Pada kesempatan itu mereka juga menggelar salat hajat bersama dipimpin ulama KH Misbahul Munir.
“Sekarang tinggal membantu M Rifani (penderita
Hydrochepalus), sebelumnya ada lima pasien. Ilma Nafia, Izzati (tumor),
Nurizkiyah (kelainan jantung), dan M Fitrianoor (tumor otak),” ucapnya.
Sayang, meski sudah berupaya membantu semaksimal mungkin,
tapi Nurizkiyah dan M Fitriannor akhirnya meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar