“Saya Ingin Mendoakan Orangtua”
Mengenakan kaos lusuh dan celana
yang panjangnya menggantung, Iqbal (16) dengan percaya diri mengumandangkan
azan. Meski suaranya cukup mantap, tapi beberapa kali ada jeda cukup panjang.
Seseorang berbaju koko tampak berdiri di sebelah kirinya, membisikan sesuatu
setiap Iqbal terbata.
“Saya
ikut pengajian ini diajak Kak Algi. Terus saya ajak kawan-kawan yang lain,”
kata remaja putus sekolah yang hanya sempat mengenyam pendidikan formal hingga
kelas dua sekolah dasar itu.
Sehari-hari,
Iqbal mengais rezeki dengan menjadi pengamen di simpang empat Jl P Antasari-Jl
Kolonel Sugiono. Ditanya alasannya mau mengikuti pengajian yang diadakan sebuah
komunitas peduli anak jalanan bernama Yayasan Siar Jalanan, jawabannya
sederhana : supaya bisa mendoakan
orangtua.
“Saya
tidak tahu orangtua saya dimana. Saya tinggal dengan nenek angkat di Jl Kelayan
A,” lirihnya.
Selain
Iqbal, ada puluhan anak jalanan lainnya yang berhasil dirangkul Yayasan Siar
Jalanan. Komunitas ini sendiri baru terbentuk sekitar lima bulan lalu.
Penggeraknya adalah sejumlah mahasiswa yang berkuliah di IAIN Antasari Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab, rata-rata masih di semester dua, jumlahnya 20 orang.
Saban
malam Jumat, mereka rutin menggelar kegiatan pengajian untuk anak-anak jalanan
binaan mereka. Kegiatan diadakan mulai selepas salat magrib hingga salat isya. Sementara
tempatnya meminjam kantor UPTD Pasar Sentra Antasari milik Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Banjarmasin yang terlentak di lantai dua terminal Pasar Sentra
Antasari. Anak-anak itu diajari mengaji,
fikih, dan akhlak.
“Kalau
tahu agama, diharapkan mereka jadi orang baik. Kalau sukses nanti, tidak
membodohi orang lain,” ujar Khairin Najerin, Ketua Yayasan Siar Jalanan.
Di
samping ilmu agama, anak-anak jalanan itu juga diberi motivasi dan pembinaan.
Salah satunya untuk melepaskan ketergantungan mereka dari hobi ngelem.
“Pertama
kita ambil waktu mereka, sekitar 2-3 jam ditemani di lapangan, otomatis dia
malu mau ngelem di depan kita. Setelah itu baru dimasukkan materi-materi. Kalau
sekadar ngomong suruh berhenti, tapi tidak diambil waktunya, tidak bisa.
Alhamdulillah, ada yang sudah bisa benar-benar berhenti,” tutur M Algi Rifani,
salah seorang relawan.
Sering
nongkrong bersama anak-anak itu di jalanan, diakuinya menjadi kunci untuk bisa
merangkul mereka. Setelah dianggap keluarga, baru diajak ikut mengaji.
“Seketika
ditawari mereka mau. Pertama ada sekitar 10 orang, sekarang yang tercatat ada
60 orang,” imbuhnya.
Yang
tadinya hanya laki-laki, sekitar 1,5 bulan lalu sudah ada pengajian untuk
perempuan. Relawan lainnya, Robi, mengaku dirinya harus bisa-bisa mengambil
hati agar tak dicueki saat mengajar.
“Anak-anak
itu senangnya suasana yang happy dan enjoy. Jadi, kadang-kadang materi
disampaikan dengan nyanyian, mereka lebih mudah ingat. Tadi di tes soal rukun
iman pas makan-makan, ditanya lagi mereka ingat,” kisahnya.
Komunitas
ini sebenarnya juga ingin membantu menyalurkan minat dan bakat anak-anak
jalanan binaan mereka, misalnya di bidang musik. Tapi saat ini mereka masih
terkendala tenaga pengajar. Mimpi besar para relawan sendiri ke depan ingin
mendirikan sekolah gratis.
Sementara
itu, kegiatan pengajian yang dilakoni Yayasan Siar Jalanan belakangan mulai menarik
simpati para pedagang di Pasar Sentra Antasari.
“Para
pedagang itu kan sering berurusan ke kantor, mereka melihat ada Alquran,
karpet, buat apa? Lalu bantuan datang sendirinya, karpet baru, sarung untuk
salat, hingga uang,” ucap Kepala UPTD Pasar Sentra Antasari Abdul Azis
Awalnya,
Yayasan Siar Jalanan berniat meminjam tempat di Mesjid Agung Miftahul Ihsan
yang persis berada di samping pasar. Kebetulan ia merupakan salah seorang
pengurus masjid tersebut.
“Saya
tanya tujuan pengajian, untuk para gepeng. Lalu saya minta mereka melihat
kantor saya, kalau pas silakan pakai,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar