“Saya Tidak Pintar,
Hanya Beruntung”
Mengaku bukan siswa
pintar pada zaman sekolah, tapi selama menapaki pendidikan S1 hingga S3 Eka
Rahayu Normasari (36) hampir-hampir tak pernah keluar uang karena selalu
mendapat beasiswa. Bahkan, sebentar lagi bakal menjadi doktor termuda bidang
ilmu lingkungan di Kalimantan Selatan. Siapa dia?
"Setiap orang pasti ingin sekolah setinggi-tingginya. Tapi tidak semua bisa mendapat kesempatan," tutur PNS di lingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin yang akrab disapa Ayu itu, Kamis (30/5).
Gelar sarjana teknik sipil tahun 2001 dan magister manajemen
sumber daya manusia tahun 2010 diraih anak
kedua dari tiga bersaudara pasangan Norman-Samiah ini dengan beasiswa. Untuk yang
disebut pertama Supersemar, yang kedua bantuan dari pemerintah daerah sewaktu ia yang masih menjadi PNS Pemko Banjarbaru.
"Saya itu bukan orang pintar, tapi beruntung. Dulu
waktu SD memang tiga besar terus, tapi pas SMP dan SMA tidak selalu masuk
sepuluh besar. Tapi kalau urusan
beasiswa, entah kenapa saya selalu beruntung saja. Sepertinya saya punya
faktor x," selorohnya.
Saat ini, Ayu tengah menempuh semester dua program S3 ilmu lingkungan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia mendapat beasiswa dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) RI. Jika lulus, mantan penyiar Radio Nusantara dan RRI Banjarmasin itu akan menjadi doktor ilmu lingkungan termuda di Kalsel.
Saat ini, Ayu tengah menempuh semester dua program S3 ilmu lingkungan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia mendapat beasiswa dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) RI. Jika lulus, mantan penyiar Radio Nusantara dan RRI Banjarmasin itu akan menjadi doktor ilmu lingkungan termuda di Kalsel.
“Memang pendidikan saya tidak linier, tapi semuanya saling
berkaitan. Khususnya ilmu lingkungan dengan teknik sipil, setiap pembangunan
yang dilakukan sedikit banyak pasti menghancur lingkungan. Jadi, saya mengambil
ilmu lingkungan untuk memelajari bagaimana pembangunan bisa selaras dengan
lingkungan,” bebernya.
Beasiswa yang diterima Ayu tahun 2012 itu
sendiri merupakan prototip atau percontohan orang daerah pertama dan
satu-satunya se-Indonesia yang mendapatkan beasiswa Kemristek melalui jalur
koridor kewilayahan. Sebelumnya, beasiswa baik S1, S2, maupun S3 dari Kemristek
hanya diberikan untuk lembaga-lembaga di bawah naungan kementerian tersebut,
seperti LIPI dan BATAN.
Setelah mendapat beasiswa tersebut,
Ayu untuk sementara nonaktif sebagai PNS. Terakhir ia menjabat Kasubid
Perhubungan, Pariwisata, dan Lingkungan Hidup di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Banjarmasin. Disinggung motivasinya untuk terus sekolah,
Ayu mengakui peran keluarga yang utama. Terutama dari ayahnya yang purnawirawan
polisi.
“Karena polisi, disiplinnya tinggi. Boleh saja main atau
senang-senang, tapi kalau waktunya belajar harus belajar. Pendidikan yang
terpenting,” kisahnya.
Ia mengatakan, sekolah tinggi perlu banyak keikhlasan dan
pengorbanan, juga ‘membuang’ waktu. Tapi Ayu selalu menekankan pada dirinya
sendiri bahwa hasil dari pendidikan itu tidak akan sia-sia, minimal bermanfaat
bagi diri sendiri.
“Supaya ilmu tidak sia-sia, saya ingin setelah lulus S3 bisa
mengajar di sela kesibukan sebagai PNS,” harapnya.
Tidak berhenti di situ, p ertengahan Mei tadi, perempuan kelahiran Banjarmasin, 20 Maret 1977 yang hobi menyanyi tersebut kembali memenangi beasiswa Kemristek untuk magang sekaligus melakukan penelitian berkaitan dengan disertasinya ke luar negeri. Rencananya, selepas lebaran nanti ia akan bertolak ke Perancis selama tiga bulan.
Tidak berhenti di situ, p ertengahan Mei tadi, perempuan kelahiran Banjarmasin, 20 Maret 1977 yang hobi menyanyi tersebut kembali memenangi beasiswa Kemristek untuk magang sekaligus melakukan penelitian berkaitan dengan disertasinya ke luar negeri. Rencananya, selepas lebaran nanti ia akan bertolak ke Perancis selama tiga bulan.
Perihal keberangkatannya ke negara yang menjadi kiblat mode dunia
itu, Ayu mengisahkan awalnya ia mendapat informasi adanya program karyasiswa
dari Kemristek, salah satunya untuk calon-calon doktor yang berminat magang di
luar negeri dalam rangka penulisan disertasi.
Bersama enam orang lainnya dari seluruh Indonesia, Ayu
berhasil lolos seleksi berkat proposalnya yang mengangkat tema penekanan
pencemaran sungai untuk konservasi sumber daya perairan, utamanya dalam
meningkatkan debit air bersih sebagai bahan baku air minum.
Setiap peserta bebas menentukan negara mana yang akan
dituju. Ayu sendiri memilih melakukan riset di Oniris, universitas yang
terletak di salah satu kota di bagian barat Perancis, Nantes. Kebetulan
kampusnya yang sekarang berencana menjalin kerja sama dengan Oniris. Boleh
dibilang, Ayu menjadi ‘kelinci percobaan’ bagi Universitas Sebelas Maret
Surakarta untuk menjajaki rencana kerja sama itu lebih lanjut.
“Kalau hasilnya bagus, kerja
sama akan dilanjutkan dan mahasiswa yang dikirim untuk melakukan riset ke sana
akan lebih banyak,” imbuhnya.
Di sisi lain, Kemristek
menyetujui proposalnya karena ingin mengetahui bagaimana teknologi yang
diterapkan pemerintah Perancis dalam menekan pencemaran air. Di saat yang sama,
Oniris juga akan menggarap penelitian yang berkaitan dengan desertasi Ayu.
“Untuk tahap awal saya
berangkat ke sana memang untuk tiga bulan saja. Tapi saya sudah berkomunikasi
dengan profesor di sana, tidak menutup kemungkinan bisa diperpanjang selama
setahun dengan pendanaan dari mereka,” sambungnya.
Sebelum terbang ke Perancis, Ayu harus ngebut belajar bahasa
lokal negara itu. Seperti diketahui, Perancis tidak mau menggunakan bahasa
pengantar lain, seperti bahasa Inggris.
“Bingung juga bagaimana nanti harus tinggal sendiri di
Perancis. Yang lain ada yang memilih ke Jepang, Selandia Baru, dan sebagainya.
Ya sekarang persiapannya intensif dan harus belajar ekstrakeras,” ucapnya.
Terpisah, di mata Sekretaris Bappeda Kota Banjarmasin Gusti
Irhamni yang pernah menjadi atasan Ayu saat menjabat Kabid Sarana dan Prasarana
Fisik, sosok seperti Ayu sangat dibutuhkan oleh institusinya.
“Kinerjanya baik dan bisa diandalkan. Dia yang menyusun RPJM
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dari masukan tim dan berbagai pihak dia
mampu menghimpunnya dengan baik. Itu jadi peninggalannya,” pujinya.
Irhamni juga ikut mendorong Ayu untuk meneruskan S3 karena
Ayu dinilainya pintar, selain usia yang masih muda dan penuh semangat.
“Ada lima saja orang seperti Ayu di Bappeda, perencanaan
pembangunan Banjarmasin beres,” tandasnya.
3 komentar:
Bangga punya kaka kaya ka (Eeng), sapaan saya untuk ka Ayu saat di rumah.
bangga juga bisa kenal cewe hebat dan inspiratif kaya beliau : )
bangga juga bisa kenal cewe hebat dan inspiratif kaya beliau : )
Posting Komentar